Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menjelaskan bahwa pendapatan pada Januari-Desember 2016 sebesar Rp4,03 triliun berasal dari bisnis aeronautika seperti Tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), biaya pendaratan pesawat, dan pemakaian garbarata.
Sementara itu, bisnis nonaeronautika seperti konsesi, sewa ruang, reklame, serta bisnis kargo dan sebagainya pada periode yang sama mencetak pendapatan Rp2,62 triliun. Peningkatan pendapatan itu sejalan dengan naiknya arus penumpang pesawat di 13 bandara yang dikelola perusahaan dari 84,29 juta penumpang pada 2015 naik 12 persen pada 2016.
"Kenaikan arus penumpang pesawat ini antara lain dipicu kebijakan perseroan yang memberikan sejumlah insentif kepada maskapai yang membuka rute internasional baru di sejumlah bandara serta bagi maskapai yang mengoperasikan extra flight di luar jam reguler bandara," kata Awaluddin, seperti dikutip dari Antara, Senin (30/1/2017).
Selain itu, lanjut dia, kinerja positif juga didukung karena mengoperasikan sejumlah terminal baru pada 2016, yakni Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Terminal Baru Bandara Husein Sastranegara Bandung dan juga diresmikannya Terminal Baru Bandara Sultan Thaha Jambi oleh Presiden Joko Widodo.
Tidak hanya itu, efisiensi untuk efektivitas yang lebih baik khususnya pada kuartal IV/2016 juga membantu AP II dapat meraih pendapatan Rp6,65 triliun, yang di mana angka tersebut lebih tinggi dari target awal perseroan Rp6,57 triliun.
Di sisi lain, Angkasa Pura II juga telah mendirikan dua anak usaha baru yakni PT Angkasa Pura Propertindo dan PT Angkasa Pura Kargo guna meningkatkan kontribusi pendapatan dari bisnis nonaeronautika. Dua anak usaha baru tersebut melengkapi anak usaha yang sebelumnya sudah beroperasi yaitu PT Angkasa Pura Solusi (APS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News