Wakil Sekjen KNTI Niko Amrullah menegaskan bahwa sudah semestinya gejolak harga garam ini telah terprediksi dengan solusi inovasi teknologi dan pendampingan intensif kepada para petambak garam rakyat.
"Bukan dengan mengkambinghitamkan anomali cuaca," kata Niko Amrullah, seperti dikutip dari Antara, di Jakarta, Selasa 1 Agustus 2017.
Sebelumnya, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengingatkan fenomena kemarau basah yang kerap membuat panen garam menjadi terhambat, harus bisa diantisipasi pemerintah. Akibat produksi garam yang terhambat, banyak petambak garam yang beralih profesi menjadi buruh kasar di berbagai kota di Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kiara pada 2017 ini mencatat, dalam lima tahun terakhir jumlah petambak garam di Indonesia menurun drastis dari 30.668 jiwa pada 2012 menjadi 21.050 jiwa pada tahun 2016. Kebijakan impor garam berimplikasi besar terhadap penurunan jumlah petambak garam di Indonesia.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menyatakan krisis garam yang terjadi selama beberapa pekan terakhir merupakan imbas dari cuaca buruk berkepanjangan selama kurun 1-2 tahun terakhir, sehingga produksi tambak garam turun drastis.
Di Jawa Timur kalau mataharinya bagus, produk garam mencapai 174 ribu ton per bulan. "Maka, karena ini terlalu banyak hujan dan sering kondisinya mendung, (produksi) turun menjadi 123 ribu ton, sehingga minus," kata Soekarwo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News