"Sebanyak 40 persen impor bahan baku masih didatangkan dari Timur Tengah," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela-sela kunjungan pameran "Sepatu, Kulit, dan Fesyen Produksi Indonesia 2014" di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Menurut data Kementerian Perindustrian, nilai impor produk tekstil sebesar 8,47 miliar dolar AS, tumbuh 4 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 8,14 miliar dolar AS. Sedangkan industri alas kaki nilai impornya meningkat 12 persen dari tahun lalu yang mencapai 387 juta dolar AS jadi 434 juta dolar AS.
Kendala bahan baku diamini Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI). APKI menyebutkan, kebutuhan kulit untuk industri tekstil dan produk tekstil nasional mencapai 20 juta lembar per tahun.
"Kebutuhan segitu, tapi Kementerian Pertanian bilang hanya boleh potong 5 juta sapi. Mau tidak mau ya impor," tandas Sekretaris Jenderal APKI, Ayu Rifka. Untuk menutupi kekurangan bahan baku pihaknya mengimpor dari 61 negara.
Sebanyak 20 juta lembar kulit setara dengan 70 juta feet per tahun. Ayu menjelaskan, harga kulit sapi hanya 10 persen-15 persen dari harga sapi hidup yang berkisar Rp20 juta-Rp25 juta per ekor.
"Rata-rata per feet itu dalam kondisi finish 2,25 dolar AS. Satu lembar kulit sapi 28-32 feet, jadi paling tidak 56 dolar AS per lembar," jelas Ayu.
APKI mengusulkan kepada Kementerian Perindustrian untuk menaikkan bea keluar bahan baku produk tekstil dan alas kaki, dari sekarang 25 persen hingga menjadi 50 persen. Apabila mungkin pelarangan ekspor kulit sama sekali.
Menanggapi usulan tersebut, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan akan berbicara dengan Kementerian Perdagangan sebelum periode kepemimpinannya berakhir. "Harus bisa selesai dalam waktu dekat," kata Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id