Menurut dia, potensi pertumbuhan pasar konstruksi sangatlah besar karena tingginya jumlah permintaan pembangunan infrastruktur bersamaan dengan banyaknya tantangan yang harus dihadapi. "Begitu juga dengan industri konstruksi di Myanmar berkembang secara eksponensial sebesar 14,52 persen dari 2009 hingga 2013 seiring dengan kenaikan populasi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat," ujarnya.
Sebagai contoh, kata dia, Myanmar Real Estate and Construction Monitor melihat meningkatnya ketertarikan dari perusahaan bangunan dan konstruksi Indonesia untuk mengambil peluang di Myanmar. "Perusahaan seperti Ciputra, Lippo Group and Wijaya Karya (WIKA) telah memiliki kesepakatan untuk melakukan proyek pengembangan di sana," tuturnya.
Dia menjelaskan, WIKA yang merupakan kontraktor Indonesia memiliki proyek penggembangan multi fungsi di Yangon senilai USD270 juta mencakup komersial dan residensial unit yang akan siap pada 2017. "Sedangkan Lippo Group, pemilik operator rumah sakit swasta terbesar di Indonesia, pengembang properti dan usaha ritel berencana untuk membangun 15 rumah sakit baru di Myanmar dalam waktu 20 tahun dan juga melihat potensi di sektor ritel," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id