Menurut Jokowi kualitas pendidikan perlu ditingkatkan agar lebih banyak manusia Indonesia yang berdaya saing seperti melalui program pendidikan vokasi dan sertifikasi profesi sehingga tenaga kerja Indonesia sudah langsung siap bekerja saat lulus masa pendidikan. Ini juga menjadi penting guna menekan tingkat pengangguran di masa mendatang.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah mendorong agar ada kecocokan antara keahlian yang diajarkan di berbagai SMK dengan kebutuhan keahlian pengembangan industri unggulan di masing-masing daerah. Bahkan, tambahnya, pemerintah berencana membuka Balai Latihan Kerja di berbagai Pondok Pesantren sebagai bagian peningkatan keahlian SDM Indonesia.
"Di tingkat pendidikan tinggi, kita harus berani melakukan terobosan jika ingin manusia-manusia Indonesia siap berkompetisi di masa depan," kata Jokowi, dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di depan sidang bersama DPR-DPD, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 16 Agustus 2018.
Jokowi meminta universitas-universitas di Indonesia harus berani mendobrak kebiasaan-kebiasaan lama. Harus berani memunculkan program studi baru yang mencerminkan realitas kebutuhan keahlian masa kini dan masa depan. Kesemuanya perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan daya saing SDM di Indonesia.
"Saya percaya, langkah-langkah terobosan perguruan tinggi tersebut akan disambut baik oleh generasi muda kita, generasi yang sangat ingin melakukan lompatan kemajuan," kata Jokowi.
Selain itu, masih kata Jokowi, melalui pembangunan yang manusia sentris maka akan membangkitkan perjuangan untuk menjadi bangsa pemenang agar Indonesia mampu menghadapi berbagai tantangan besar, seperti tantangan revolusi industri 4.0 yang sudah mulai mengubah wajah peradaban manusia.
"Kita harus bisa bicara tentang artificial intelligence, internet of things, dan berbagai kemajuan teknologi yang hampir setiap detik selalu muncul yang baru," ungkapnya.
Di sisi lain, kata Jokowi, Indonesia harus cepat beradaptasi. Indonesia tidak boleh tertinggal dari negara-negara lain yang sedang berlomba dan sedang adu kecepatan untuk membenahi negaranya masing-masing di era digital dan perubahan peradaban manusia dewasa ini.
Dalam menghadapi dan menyikapi perubahan peradaban manusia itu, tambahnya, tidak bisa dilakukan dengan pesimisme dan kekhawatiran yang berlebih. Indonesia justru harus optimistis dan yakin modal sosial dan energi kebangsaan sangat kuat untuk melompat ke depan.
"Lihat saja ketika empat santri muda dari Indonesia telah memenangkan kontes Robotic Games tingkat dunia di akhir tahun lalu. Itu adalah bukti bahwa Indonesia tidak perlu takut dengan revolusi industri 4.0, dan tidak perlu khawatir terhadap masa depan," tegasnya.
Menurutnya Indonesia justru harus memanfaatkan perkembangan yang ada untuk membawa Indonesia semakin maju. Indonesia harus gesit dan cepat memanfaatkan kesempatan yang ada di depan mata karena rumus yang berlaku sekarang bukan lagi yang besar mengalahkan yang kecil, tapi yang cepat mengalahkan yang lambat.
"Indonesia tidak perlu gentar, jangan sampai kita tidak percaya diri, jangan kita meragukan kemampuan bangsa sendiri, karena sejatinya, kemampuan dan reputasi Indonesia sudah diakui di tingkat dunia. Salah satu buktinya, pada 8 Juni 2018, dunia memercayai Indonesia dan memilih kita menjadi anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News