Demikian disampaikan oleh penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) Haranggaol Rikson Saragih di bawah naungan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (BP4K). Penemuan itu didapat setelah kelompok tani binaanya bersama BPTP Medan dan Bank Indonesia (BI) cabang Siantar pada 2014 mengadakan demplot tanaman bawang uji empat varietas yang didatangkan dari Jawa, yaitu bima, maja, tyron dan satu varietas dari lokal.
"Dan ternyata dari segi pertumbuhan dan produktifitas, varietas maja yang terbaik," ujar Rikson, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Metrotvnews.com, di Jakarta, Senin (30/5/2016).
Dalam sistem bertanamnya, Rikson mengatakan, ada yang bertanam secara pribadi dan ada secara kelompok yang tetap difasilitasi oleh penyuluh THL Haranggaol Rikson Saragih. Kehadiran BPTP dan BI yang bekerja sama dengan penyuluh THL Haranggaol telah mengubah perilaku sikap dan keterampilan (PSK) petani dalam hal berbudidaya bawang.
"Petani diajari pengolahan tanah, pemupukan yang sesuai dengan rekomendasi hasil analisa tanah di laboratorium BPTP, pestisida organik, dan menggunakan pestisida anorganik secara tepat guna," jelasnya.
Hingga 2016, ada tujuh kelompok tani yang telah difasilitasi oleh BI cabang Siantar dan BPTP Medan masing-masing dengan luas pertanaman sekitar lima rante yang tersebar mulai dusun Purba Saribu sampai Sigunggung. Kelompok ini yang menjadi pioner menyebar ilmu berbudidaya bawang merah di petani sekitar wilayahnya.
"Dengan estimasi produktifitas berat basah 20-21 ton per ha atau berat kering 17-18 ton per ha. Selanjutnya, kelompok tersebut bertanam kembali di lahan yang sama dan berhasil mempertahankan produksi seperti tanam pertama. Saat ini, Februari 2016, telah melakukan tanam hingga periode keempat," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News