Ilustrasi. FOTO: AFP.
Ilustrasi. FOTO: AFP.

PHK Bukalapak Bukti Bisnis E-commerce Tak Melulu Menjanjikan

Annisa ayu artanti • 11 September 2019 16:20
Jakarta: Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyatakan keputusan Bukalapak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya mematahkan teori peralihan belanja dari konvensional ke sistem online.
 
"Faktanya kondisi ekonomi saat ini sama-sama berat baik bagi pemain konvensional maupun online termasuk startup marketplace," kata Bhima kepada Medcom.id, di Jakarta, Rabu, 11 September 2019.
 
Ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga memang tumbuh rendah dikisaran lima persen. Sementara di tengah kondisi gejolak ekonomi global kelas menengah dan atas yang seharusnya diandalkan akhirnya terpaksa menahan belanja. Sebagian besar konsumen sedang khawatir isu resesi ekonomi global, perang dagang, rendahnya harga komoditas.

"Di sisi lain, ekspansi bisnis digital tidak selamanya bisa berjalan mulus. Menurutnya, modal ventura asing yang terus menerus menyuntik e-commerce itu ada limitnya," ujar dia.
 
Ia mencontohkan, ketika Jepang masuk resesi, Eropa resesi, dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok lambat pasti suntikan modal ventura ke Indonesia akan terpengaruh.
 
"Ini mungkin yang kurang diperhatikan, hanya melihat dari sisi valuasi tapi profit belum tentu besar. Kalau tidak hati-hati kan bisa bikin bubble alias gelembung," jelas dia.
 
Persaingan E-commerce Kurang Sehat
 
Di sisi lain, lanjut Bhima, ia menilai bisnis e-commerce saat ini kurang sehat. Sebagian besar e-commerce berlomba memberikan promo dan diskon.
 
"Pasti ada yang tersingkir dari persaingan rebutan diskon itu. Mirip kasus transportasi online yang ujungnya hanya menyisakan dua pemain," tukas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan