Kepala BKPM Thomas Lembong. (ANTARA FOTO/Ucok).
Kepala BKPM Thomas Lembong. (ANTARA FOTO/Ucok).

Kepala BKPM Kawal Realisasi Investasi Perusahaan Garam

Ade Hapsari Lestarini • 20 Desember 2016 11:10
medcom.id, Jakarta: Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengawal realisasi investasi di perusahaan-perusahaan industri garam di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
 
Langkah tersebut diharapkan dapat berkontribusi positif pada upaya pemerintah untuk mencapai swasembada garam. Thomas pun mengunjungi sentra pegaraman PT Garam (Persero) di desa Bipolo, Kupang, NTT.
 
PT Garam memiliki lahan seluas 400 hektare (ha) dan berencana investasi sebesar Rp16,9 miliar dan telah terealisasi Rp 3,8 miliar (22 persen). Tom juga melakukan pertemuan dengan PT Shang Che Garamindo yang bergerak di bidang industri kimia dasar anargonik khlor dan alkali dengan nilai rencana investasi USD6,01 juta dan telah terealisasikan sebesar USD6,04 juta.

Thomas menyampaikan bahwa investasi kedua perusahaan industri garam tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi impor garam industri dan menciptakan swasembada garam.
 
"Industri garam di NTT harus berhasil, sehingga dapat mendukung target swasembada garam pemerintah," jelas dia dalam keterangan resminya kepada media, Selasa (20/12/2016).
 
Menurut Tom, kapasitas produksi dari kedua perusahaan tersebut diharapkan akan membantu menambah produksi garam nasional sebesar 240 ribu ton.
 
"Dari hasil diskusi dengan perusahaan-perusahaan garam tersebut, salah satu yang mereka harapkan dukungan dari pemerintah adalah terkait pembebasan bea masuk atas importase mesin, terutama yang belum bisa diproduksi dalam negeri serta alat-alat berat untuk memproses garam," jelasnya.
 
Dirut PT Garam Achmad Budiono juga menyampaikan bahwa potensi garam di NTT sangat besar. Dia membeberkan, dari wilayah pesisir pantai diperkirakan terdapat 8.000 ha yang bisa dijadikan sebagai lokasi pegaraman. PT Garam saat ini sedang menggarap 50 ha dari rencana 400 ha.
 
"Hasil dari garam bila dibandingkan dengan padi jauh lebih besar. Untuk produksi garam 1 ha akan menghasilkan 100 ton dan dengan harga Rp500 ribu per ton, maka petani garam diperkirakan akan mendapatkan Rp500 juta. Sementara apabila mereka menanam padi 1 ha hanya akan memproduksi 1,5 ton dengan harga per tonnya Rp150 juta," lanjutnya.
 
Potensi keuntungan di industri garam yang besar tersebut diharapkan dapat terus meningkatkan investasi di NTT. Sementara target investasi Provinsi NTT 2015 adalah sebesar Rp1,8 triliun (0,3 persen dari porsi target investasi nasional yang sebesar Rp 519,5 triliun), dan dari target tersebut di 2015 telah tercapai realisasi sebesar Rp2,2 triliun, yang terdiri dari realisasi PMA sebesar Rp873,1 miliar (104 proyek) dan realisasi PMDN sebesar Rp1,3 triliun (9 proyek).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan