Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat menjelaskan mengenai proyek Palapa Ring. (FOTO: ANTARA/Yudhi Mahatma)
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat menjelaskan mengenai proyek Palapa Ring. (FOTO: ANTARA/Yudhi Mahatma)

Pemerintah Diimbau Fokus Rampungkan Proyek Palapa Ring

Sigit A Nugroho • 12 November 2016 16:30
medcom.id, Bandung: Federasi Serikat Pekerja BUMN Strategis meminta pemerintah lebih fokus melakukan percepatan penyelesaian proyek jaringan telekomunikasi skala besar yakni Palapa Ring.
 
Ketua Umum FSP BUMN Strategis Wisnu Adhi Wuryanto mengatakan, proyek skala besar yang sedang dijalankan yang diyakini oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan menjadi solusi permasalahan network sharing.
 
"Ditinjau dari kesesuaian program kerja pemerintah, pemerintah sedang membuat draf Rancangan UU Telekomunikasi yang baru untuk menggantikan UU Telekomunikasi Nomor 36 Tahun 1999 yang nantinya akan diacu saat pembuatan PP dan peraturan di bawahnya," ujar dia Bandung, seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Sabtu (12/11/2016).

Baca: Kominfo: Palapa Ring Selesai di Akhir Tahun 2018
 
Selain itu, pemerintah juga diminta fokus dalam upaya membangun jaringan telekomunikasi skala besar di wilayah barat dan timur dengan proyek Palapa Ring yang ditargetkan selesai 2018.
 
Revisi aturan telekomunikasi
 
Di sisi lain, pihaknya meminta Presiden Jokowi berhati-hati terkait Rencana Revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan Peraturan Pemerintah Nomor  53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekwensi Radio dan Orbit Satelit.
 
Menurut Adhi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan Presiden Jokowi sebelum menandatangani rancangan revisi kedua PP tersebut.
 
"Kami meminta Presiden Jokowi menunda pengesahan rancangan kedua PP tersebut karena keduanya dari sisi hukum diduga melanggar ketentuan UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. Terutama pasal 2 yaitu telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, adil, dan merata," tambah dia.
 
Wisnu menduga, ada pelanggaran ketentuan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan terutama Pasal 96 mengenai partisipasi masyarakat. Karenanya. revisi kedua PP ini berisiko cacat prosedur, cacat substansi, dan tidak didukung dasar perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana ditekankan dalam siaran pers Ombudsman Republik Indonesia pada 20 Oktober 2016.
 
Baca: Menko Darmin Yakin Proyek Palapa Bermanfaat bagi Ekonomi
 
Wisnu menjelaskan, saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) 24 Agustus 2016 di Komisi I DPR dengan Menteri Kominfo Rudiantara ada empat kesimpulan. Pada kesimpulan ke-4 terkait rencana revisi PP 52 dan PP 53 dinyatakan, Komisi I DPR RI akan mengadakan rapat dengan Menkominfo dan Kementerian terkait lainnya perihal perkembangan Revisi PP Nomor 52 dan 53 Tahun 2000 tersebut.
 
"Apakah Komisi I DPR RI sudah mengadakan rapat dimaksud? Menurut pemantauan kami rapat tersebut belum dilaksanakan. Mestinya proses revisi kedua PP tersebut berjalan sesuai kesepakatan RDP 24 Agustus 2016 yang lalu. Jadi, jangan ada kesan DPR dilecehkan Pemerintah," desak Wisnu.
 
Dia menambahkan, berdasarkan informasi pembahasan revisi, kedua PP ini diduga mengandung unsur penyuapan saat pembahasannya seperti laporan Komite Anti Pungli dan Suap Indonesia (KAPSI) ke Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) tertanggal 20 Oktober 2016. Karena itulah, Federasi Serikat Pekerja BUMN Strategis meminta Presiden Jokowi berhati-hati.
 
Wisnu menyarankan pemerintah fokus terlebih dahulu pada penyelesaian pembuatan UU Telekomunikasi yang baru agar dapat diselesaikan 2017. Baru setelah itu, fokus ke revisi PP 52 dan 53 dengan dasar Undang Undang Telekomunikasi yang baru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan