"Nadiem saya melihat figur yang sangat kuat dan kompeten, kalau mau berdedikasi untuk negara silakan," kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani ditemui di Hotel Milenium, Jakarta Pusat, Rabu, 3 Juli 2019.
Rekam jejak Nadiem juga sudah dibuktikan saat memamerkan keunggulan dan kesuksesan Go-Jek sebagai platform digital pertama asal Indonesia di hadapan Presiden Joko Widodo. Apalagi, perusahaan rintisan (startup) digital PT Aplikasi Karya Anak Bangsa ini berhasil naik peringkat dari unicorn menjadi decacorn.
"Saya rasa luar biasa ada generasi muda seperti Nadiem, tapi porfolio mesti jelas apa yang mau diambil," ungkapnya," kata Shinta.
Aplikasi Go-Jek menjadi platform mobile on-demand terbesar di Asia Tenggara sejak diluncurkan pada 2015. Bahkan, layanan online food delivery Go-Food menjadi pemain terbesar di Asia Tenggara, atau ketiga terbesar di dunia. Jumlah order Go-Food sebesar 30 juta per bulan.
Di samping itu, layanan keuangan digital Go-Jek yang populer dengan nama Go-Pay juga paling banyak digunakan di Indonesia. Hal ini, kata Nadiem, terbukti dari pertumbuhan transaksi Go-Pay di luar layanan Go-Jek yang naik 25 kali lipat sejak pertama kali diluncurkan. Go-Pay dipercaya akan menjadi pendorong inklusi keuangan di Indonesia.
Bahkan, kata Gojekin lebih populer di kalangan masyarakat Indonesia ketimbang aplikasi ride-sharing serupa. Artinya, Go-Jek menjadi aplikasi yang membawa pengaruh besar dan dibutuhkan masyarakat berkat dedikasi dan kerja keras dari mitra Go-Jek.
Adapun Go-Jek Group kini beroperasi di 204 kota dan kabupaten di lima negara Asia Tenggara. Per Maret 2019, aplikasi dan ekosistem Go-Jek telah diunduh oleh lebih dari 142 juta dengan lebih dari dua juta mitra pengemudi, hampir 400 ribu mitra merchants, dan lebih dari 60 ribu penyedia layanan di Asia Tenggara, dengan volume transaksi tahunan sebanyak sebesar Rp2 millar per akhir 2018.
Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) 2018, mencatat kontribusi mitra Go-Jek kepada perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun atau naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Kontribusi itu dihitung dari selisih pendapatan mitra sebelum dan sesudah bergabung dengan Go-Jek.
Angka tersebut baru dihitung dari empat layanan Go-Jek, yaitu Go-Ride, Go-Food, Go-Clean, dan Go-Massage. Belum termasuk layanan Go-Send, Go-Shop, Go-Pay, dan layanan lainnya.
Sementara itu, pertumbuhan nilai transaksi Go-Jek sebesar USD9 miliar pada 2018 dengan total volume transaksi setahun mencapai USD2 miliar. Jumlah tersebut naik 13,5 kali lipat sejak 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News