"Ketika bank sentral seluruh dunia menerapkan suku bunga nol persen, itu otomatis seluruh instrumen finansial nilainya akan naik. Makin rendah suku bunga, semakin tinggi nilai financial instrumen (surat berharga dan surat utang)," kata Haru, ditemui di acara Seminar Nasional Infobank Outlook 2007 terkait 'Sampai Kapan Masa Sulit Akan Berakhir', di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Dalam mengatasi itu, sebut Heru, dana investasi yang ditempatkan dalam instrumen keuangan harus dialihkan secara cepat ke sektor riil. Sebab, investor di sektor riil dinilai lebih aman, karena cenderung terhindar dari risiko ekonomi.
"Kami harus tetap tumbuh, dengan ke sektor riil karena cenderung tidak menjadi gelembung ekonomi. Kami tetap optimistis untuk tetap tumbuh dalam sektor riil," jelas Haru.
Baca: ECB Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 0%
Haru menceritakan, krisis keuangan pernah terjadi di periode 1998-1999, tapi bukan karena dari pertarungan suku bunga, melainkan emiten dalam bisnis online di bursa Amerika Serikat (AS) tidak memiliki fundamental yang kuat. Namun, dampak dari kondisi negatif bisnis online yang ada di AS tidak menghantam ekonomi Indonesia.
Baca: BoJ Pertahankan Suku Bunga Negatif 0,1%
"Pada 1999 itu ada gelombang ekonomi, pengaruhnya tidak terlalu ke Indonesia. Pada 2008 terjadi krisis keuangan yang berasal dari krisis kredit macet atau yang disebut dengan subprime mortgage crisis," tutup Haru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News