Suryono mulai beralih dari petani kelapa sawit ke sayuran sejak 2013, karena melihat permintaan sayuran di daerah itu sangat tinggi. Sebab, pasokan sayuran untuk wilayah Riau berasal dari Kota Pekanbaru dan Provinsi Sumatera Barat.
Akhirnya Suryono mulai menanam berbagai jenis tanaman sayur-sayuran seperti kangkung, bayam, cabai, semangka, kacang panjang, timun, pepaya, serta jagung. Sebanyak 2 hektare (ha) lahan yang digunakan Suryono awalnya, hanya mampu memberi penghasilan maksimal sebanyak Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan.
"Sekarang saya yang sudah terbiasa mengelola tanaman sayuran dengan hanya setengah ha, sudah bisa meraup penghasilan sekitar Rp15 juta per bulan dan mempekerjakan 4-9 orang warga setempat. Berapa pun sayuran yang kita hasilkan, akan diserap semua oleh pasar tanpa perlu memperluas lahan," ujar Suryono dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Karena keberhasilannya, Suryono akhirnya diakui oleh Pemerintah Kabupaten Siak melalui penghargaan Adikarya Pangan Nusantara 2015, dan Petani Terbaik Siak Bidang Hortikultura 2016. Keberhasilan Suryono kini dianggap menjadi inspirasi bagi petani lain, sehingga membawanya untuk menghadiri KTT PBB Perubahan Iklim (COP-22) di Marrakesh, Maroko.
Suryono menambahkan, kendala petani sayuran di daerah itu adalah penerapan teknologi yang masih tradisional. Dampaknya saat musim hujan yang membuat para petani sayuran kesulitan mengontrol air yang terlalu banyak, dan saat kemarau justru kesulitan air.
Namun, beberapa tahun terakhir petani setempat mulai terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas. Program DMPA itu membantu petani, mulai dari modal, fasilitas untuk infrastruktur pertanian, hingga bantuan pemasaran hasil panen hortikultura.
"Dari DMPA saya dapat bantuan alat berat untuk bikin embung air, pembuatan infrastruktur jalan ke kebun sampai bantu memasarkan hasil panen seperti jagung dan melon ke karyawan pabrik," kata Suryono.
Sementara itu, Director of APP on Strategic Corporate Relation Elim Sritaba mengatakan, pelaku usaha di sektor kehutanan dapat ikut mendorong keterlibatan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan. Kerja sama semua pihak sangat krusial untuk mencapai komitmen pengurangan emisi melalui keterlibatan masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan, sekaligus pemberdayaan masyarakat desa.
"Satu tahun setelah diluncurkan, 58 desa sudah menerima manfaat dari program DMPA dan 22 desa lainnya diharapkan akan menyusul jelang akhir tahun. Ditargetkan terbentuk 500 DMPA sampai tahun 2020. Lewat program DMPA yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat 50-70 persen dalam tiga tahun, warga desa jadi punya kepentingan langsung untuk melindungi hutan," tutup Elim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News