Staf Ahli Menteri Perindustrian bidang Penguatan Struktur Industri Ngakan Timur Antara mengungkapkan bahwa pada triwulan I-2016 pertumbuhan industri mamin sebesar 7,55 persen atau lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian tersebut telah melampaui pertumbuhan pertumbuhan industri nonmigas pada triwulan I-2016 sebesar 4,46 persen.
"Industri mamin merupakan sektor yang sangat strategis dan berkontribusi terhadap industri pengolahan nonmigas sebesar 31,51 persen. Industri pengolahan nonmigas sendiri berkontribusi sebesar 18,41 persen terhadap PDB nasional," ujar Ngakan dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (2/6/2016).
Dia menambahkan, kinerja positif juga ditunjukkan dari kontribusi nilai ekspor produk mamin sebesar USD5,6 miliar pada 2015, sedangkan pada triwulan I-2016 mencapai USD2,37 miliar.
"Pertumbuhan industri mamin juga dapat dilihat dari nilai investasi, di mana perkembangan realisasi investasi pada triwulan I-2016 sebesar Rp8,9 triliun untuk PMDN dan PMA sebesar USD468,86 juta," tuturnya.
Guna meningkatkan pertumbuhan industri mamin nasional, selain berperan aktif dalam penciptaan iklim investasi yang kondusif, Kemenperin juga terus memfasilitasi promosi produk industri mamin baik di dalam maupun luar negeri.
"Kegiatan promosi yang rutin dilaksanakan setiap tahun, diantaranya Pameran Industri Makanan dan Minuman serta Bazaar Lebaran yang dilaksanakan di Plasa Pameran Industri, Gedung Kementerian Perindustrian," tegas dia.
Penerapan standar
Sementara itu, Direktur Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan Kemenperin Abdul Rochim mengatakan, industri mamin menduduki posisi strategis dalam penyediaan produk siap saji yang aman, bergizi dan bermutu. Agar memenuhi ketiga aspek utama tersebut, langkah yang dilakukan antara lain mendorong penerapan SNI, Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene, Food Safety, dan Food Sanitation.
Selanjutnya, memberlakukan Standar Pangan Internasional (CODEX Alimentarius) yang menjamin bahwa perusahaan menerapkan cara pengolahan dan sistem manajemen keamanan pangan yang baik mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, pengemasan, serta distribusi dan perdagangannya.
"Dalam persaingan global, Indonesia saat ini berpartisipasi aktif di dalam forum Codex Allimentarius Commission (CAC) yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri. Sedangkan dalam proses integrasi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun ini, sektor pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya," pungkas Abdul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News