"Tidak seperti sekarang setiap menjelang musim panen raya padi di sawah, harga gabah selalu merosot dan kondisi itu dirasakan petani hingga tiga bulan setelah panen," kata Made Dunia, seorang petani, seperti dikutip dari Antara, di Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (19/7/2016).
Petani selama ini selalu ketergantungan kepada pedagang dan akibat kelemahan yang dimiliki masyarakat cilik ini maka petani tidak bisa berkutik sehingga gabah dijual dengan harga sesuai kehendak pembeli.
Musim panen kali ini, kata Made Dunia, rupanya tidak menguntungkan bagi kaum petani cilik, padahal hasilnya masih terbilang bagus, tidak diserang hama, namun yang mengakibatkan petani tidak untung akibat harga gabah kering panen merosot.
Ia bersama rekannya Wayan Sadu yang asal daerah wisata Ubud itu menuturkan bahwa sekitar Januari 2016 sebelum padi menguning harga gabah kering panen bisa mencapai Rp4.500 sampai dengan Rp5.000 per kg. Tetapi, ketika petani begitu mulai menebas tanaman padi di sawah, pedagang mulai mencari akal untuk bisa membeli dengan harga murah.
"Maka berbagai jenis alasan, tidak ada tenaga penebas, hujan atau tidak punya uang untuk membelinya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News