Sepanjang 2018, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan, KRAS cukup merasakan kenaikan harga jual produk baja. Rata-rata harga jual produk HRC meningkat sebanyak 10,03 persen menjadi USD657 per ton, CRC naik 6,72 persen menjadi USD717 per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03 persen menjadi USD635 per ton.
"Ini adalah salah satu ciri bahwa pasar baja domestik membaik," ujar Silmy Karim, di Jakarta, Rabu, 3 April 2019.
KRAS telah menandatangani kesepakatan bersama sejumlah BUMN Karya tentang penggunaan baja dalam negeri untuk proyek-proyek yang dijalankan oleh pemerintah. Hal ini diharapkan meningkatkan kinerja ke depan. Pada proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek atau Japek II Elevated Toll Road, suplai baja per Desember 2018 mencapai 151.090 ton.
Selain itu, Silmy melanjutkan, harapan untuk kinerja tetap berkembang ke depan adalah adanya sentimen positif seperti keberhasilan dalam perpanjangan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap produk Hot Rolled Coil (HRC) yang diimpor dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan, dan Thailand.
Perpanjangan BMAD tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 25/PMK.010/2019 tentang Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Republik Rakyat Tiongkok, India, Rusia, Kazakhstan, Belarusia, Taiwan, dan Thailand yang mulai berlaku 2 April 2019 sampai lima tahun ke depan.
Pada 2019, KRAS merencanakan menambah porsi penjualan ekspor yakni sebesar 650 ribu ton HRC/P ke Malaysia, India, dan negara lainnya. Pada Maret 2019, sebanyak 12 ribu ton HRC/P telah diekspor ke Malaysia seiring kebijakan otoritas setempat yang menyatakan dicabutnya aturan anti dumping bagi Indonesia karena ketiadaan produsen HRC di dalam negeri Malaysia.
Sebelumnya juga telah terjadi revisi Peraturan Kementerian Perdagangan 22/2018 menjadi Permendag 110/2018 tentang Ketentuan Impor Besi dan Baja. Dalam aturan itu, pertimbangan teknis dari Kemenperin yang sebelumnya tidak ada, kini diadakan lagi. Revisi aturan ini akan semakin mendorong geliat pasar baja dalam negeri dan mengendalikan masuknya baja impor.
Untuk kinerja keuangan, rugi bersih KRAS pada 2018 tercatat membaik sebesar 8,48 persen atau menurun hanya sebesar USD74,82 juta dibadingkan dengan tahun sebelumnya mencapai USD81,74 juta. Begitu juga kerugian perusahaan asosiasi dan joint venture yang menurun signifikan dari USD41,24 juta pada 2017 menjadi USD5,31 juta.
Pada 2019, KRAS mengerjakan pembangunan pabrik Hot Strip Mill #2 yang sudah mencapai 91,52 persen konstruksi fisik per 31 Desember 2018. Denga pembangunan ini, maka akan ada tambahan 1,5 juta ton per tahun produk HRC, di mana pada kuartal II-2019 masuk pada tahap mechanical completion.
Sementara proyek Blast Furnace, sudah dilakukan penyalaan perdana pada 20 Desember, dan memasuki tahap persiapan uji coba (commissioning).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News