"Kita bersama-sama dengan pemerintah membantu mengurangi defisit perdagangan. Meskipun non PSO (Public Service Obligation/subsidi) implementasinya banyak tantangan," ujar Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan dalam konferensi pers di kantornya, Jalan Kuningan Mulia, Jakarta Selatan, Kamis, 30 Agustus 2018.
Menurut Paulus, perluasan B20 bakal menghemat devisa sebanyak USD2,3 miliar. Penghematan didapat dari pengurangan impor solar yang dalam setahun sebanyak 6,7 juta kiloliter.
"Solar ini diproduksi Pertamina, kekurangannya mereka impor. Nah dalam satu tahun impor solar ini sebanyak 6,7 juta kiloliter, kita mau mengurangi ini. Kita harus sukseskan ini (perluasan penggunaan B20) karena bisa menghemat devisa USD2,3 miliar dari PSO dan non PSO," bebernya.
Paulus mengatakan impor bahan bakar berkontribusi besar pada neraca perdagangan RI. Maka itu, perluasan penggunaan B20 diharap mampu menekan defisit neraca perdagangan nasional.
Dia tak ingin kejadian ambrolnya ekonomi RI pada 2012 terulang kembali. Di tahun itu, jelasnya, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebanyak USD1,63 miliar.
"Defisit perdagangan 2012 adalah defisit pertama setelah 40 tahun. Yang pertama terjadi pada 1953 setelah penyerahan kedaulatan Indonesia. Pemerintah diminta membayar utang kepada Belanda, di situlah (Indonesia terjadi defisit)," ungkap Paulus.
Sementara pada 2012, defisit neraca perdagangan terjadi lantaran besarnya impor bahan bakar. "Pada defisit 2012, terbesarnya di bahan bakar. Nonmigas kita surplus karena bahan bakar defisit besar," tutup Paulus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News