Jika dilihat berdasarkan distribusi atas dasar harga berlaku, konsumsi rumah tangga pada tahun lalu mencapai 56,13 persen. Angka itu lebih rendah dari distribusi konsumsi rumah tangga 2016 yang sebesar 56,62 persen dan 2015 sebesar 56,31 persen.
"Komponen PK-RT 2017 sebesar 4,97 persen. Memang lebih rendah dari sebelumnya," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam sebuah jumpa pers di Gedung BPS Pusat, Jakarta, Senin 5 Februari 2018.
Menurut laporan BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 yang sebesar 5,07 persen didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) yang sebesar 56,13 persen, diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 32,16 persen dan komponen ekspor barang dan jasa sebesar 20,37 persen.
"Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan, komponen PKRT merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017," ungkap dia.
Sebab itu, Kecuk sapaannya meminta pemerintah untuk lebih berhati-hati dengan penurunan konsumsi rumah tangga tersebut. Mengingat konsumsi ini menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi terbesar.
"Investasi bagus, ekspor bagus tapi kenapa pertumbuhan ekonomi melambat. ya karena konsumsi rumah tangga juga turun," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News