Suryopratomo. (FOTO: Media Indonesia)
Suryopratomo. (FOTO: Media Indonesia)

Mengandalkan Pariwisata

13 Februari 2019 18:15
SAAT berbicara pada Gala Dinner Hari Pers Nasional, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengharapkan dukungan pers untuk ikut menjual pariwisata Indonesia kepada dunia. Pariwisata ingin dijadikan andalan sumber penerimaan devisa oleh pemerintah. Tidak tanggung-tanggung targetnya tahun ini, pariwisata ingin menjadi penyumbang devisa terbesar, yakni USD20 miliar.
 
Kita tentu mendukung penuh ambisi pemerintah untuk menjadikan pariwisata sebagai sumber penerima devisa sebab pariwisata merupakan industri yang investasinya untuk menghasilkan devisa tidak terlalu tinggi. Namun, dampak yang diakibatkan pariwisata dirasakan banyak anggota masyarakat.
 
Ada yang pernah menghitung, investasi yang ditanamkan untuk menciptakan satu lapangan kerja dari pariwisata hanya sekitar USD5 ribu. Mulai pemandu wisata, penjual makanan, pengrajin cendera mata, hingga pengelola hotel, dan transportasi merasakan manfaat langsung dari pariwisata.

Hanya, pariwisata bukan hanya sebuah produk. Di sana terkait juga masalah kultur, khususnya kultur melayani, dan kultur menyediakan jasa. Di sana juga terkait masalah pengalaman yang bisa diciptakan. Harus ada sesuatu yang membuat memori orang merasa puas dan bahagia.
 
Paris, misalnya, hanya mengandalkan kepada dua produknya, yaitu Menara Eiffel dan Museum Louvre. Namun, semua orang bisa dibuat seperti harus kembali ke kota itu. Akibatnya, jumlah turis yang datang ke Prancis setiap tahun bisa mencapai 75 juta orang. Padahal, penduduk Prancis hanya sekitar 72 juta jiwa.
 
Dengan jumlah wisatawan yang begitu besar, pariwisata dikelola dengan sungguh-sungguh. Wisatawan tidak hanya didata secara akurat jumlahnya, tetapi juga dipotret preferensinya. Tugas pemerintah kemudian memenuhi keinginan para pelancong itu.
 
Sekarang kita bisa lihat bagaimana Jepang juga begitu serius menggarap sektor pariwisata. Bahkan, mereka melihat turis asal Indonesia sebagai target mereka. Sekarang mereka sudah memotret secara detail apa yang dicari turis Indonesia ketika berkunjung ke 'Negeri Matahari Terbit' tersebut.
 
Inilah pekerjaan rumah yang pertama-tama harus kita benahi untuk bisa mencapai target seperti yang diharapkan Menteri Pariwisata. Kita tidak mungkin akan mengambil kebijakan yang tepat apabila kita tidak memiliki data yang akurat. Kita tidak bisa merinci siapa wisatawan yang datang ke Indonesia? Menurut Kementerian Pariwisata, jumlah devisa yang diperoleh dari kunjungan 15,8 juta wisatawan mancanegara mencapai USD17,2 miliar, sedangkan data Bank Indonesia hanya USD13,4 miliar.
 
Dengan membaiknya infrastruktur di daerah perbatasan, jangan-jangan jumlah pelancong yang masuk ke Indonesia termasuk mereka yang masuk melalui daerah perbatasan. Kita tahu kita mempunyai perbatasan dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nuigini. Dua yang terakhir kita tahu daya belinya rendah sehingga dampaknya terhadap penerimaan devisa tidak cukup signifikan meski jumlahnya ratusan ribu orang.
 
Tentu dengan potensi yang ada di Indonesia, bukan tidak mungkin kita bisa meraih devisa sampai USD20 miliar. Akan tetapi, harus ada strategi yang benar-benar terarah sehingga kita bisa tahu secara cermat langkah tindakan yang harus dilakukan.
 
Kita tidak menyangkal, pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tergolong yang paling tinggi di antara negara ASEAN. Namun, secara jumlah kita tetap berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
 
Semua pekerjaan ini bukan hanya tugas pemerintah. Semua harus bekerja bersama-sama untuk menjadikan Indonesia menjadi daerah kunjungan wisata yang disukai wisatawan mancanegara. Bahkan, kita harus membuat mereka merasa betah sehingga mau berkali-kali datang ke Indonesia.
 
Terutama masyarakat pariwisata harus lebih aktif untuk menjual Indonesia sebab merekalah yang pertama menikmati ketika wisatawan mancanegara itu datang ke Indonesia. Devisa itu langsung akan dirasakan masyarakat pariwisata.
 
Sinergi di antara pemerintah, pelaku bisnis pariwisata, dan masyarakat menjadi sesuatu yang vital. Kita tidak boleh kalah oleh Singapore Tourism Board, misalnya, yang terus gencar mempromosikan negaranya. Belum lagi event-event yang secara terjadwal mampu mereka kemas dengan baik.
 
Jangan biarkan pemerintah berjuang sendirian untuk mencapai target penerimaan negara USD20 miliar pada tahun ini. Kalau itu dilakukan sendiri-sendiri, niscaya kita tidak pernah akan berhasil mencapainya. Dibutuhkan kerja sama dan kemauan untuk membuat kampanye bersama bagi kemajuan pariwisata Indonesia. (Podium/Media Indonesia)
 
Suryopratomo
Dewan Redaksi Media Group

 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan