"Permintaan kopi bubuk yang semakin tinggi itu karena tren minum kopi yang semakin mewabah ke berbagai negara," ujar Ketua Umum BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Irfan Anwar, di Medan, seperti dikutip dari Antara, Senin 16 Oktober 2017.
Dia menyatakan, tren minum kopi juga melanda Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, dan negara-negara Eropa yang sebelumnya dikenal peminum teh. Ia mengingatkan, karena tinggi peminum kopi itu maka harus benar-benar dimanfaatkan pengusaha dengan mengekspor lebih mengarah pada produk jadi yakni kopi bubuk.
Namun kopi bubuk itu harus yang berkualitas tinggi. "Dengan produksi kopi olahan, nilai jualnya juga semakin tinggi dibandingkan dalam bentuk biji kopi," kata Irfan yang juga pemilik PT Coffindo.
Peluang ekspor kopi bubuk berkualitas tinggi itu pula yang mendorong AEKI untuk membantu petani mengembangkan kopi berkualitas. Irfan mengakui dewasa ini petani Indonesia sudah bergeser ke tanaman kopi jenis arabika yang memang lebih banyak diminati pasar internasional.
Di Sumut daerah sentra produksi kopi seperti Dairi dan Tapanuli Utara terus mengembangkan kopi arabika. Diharapkan kondisi ini bisa terus mengalami perbaikan di waktu-waktu yang akan datang. "Produsen kopi bubuk di Sumut sudah berkembang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News