Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan Presiden jarang membahas secara serius tentang sektor industri nonmigas di Tanah Air. Sementara sektor ini memberikan kontribusi terhadap perekonomian berupa penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat, dan penerimaan negara.
"Jokowi jarang bicara industri setidaknya beliau mengunjungi pabrik-pabrik seperti Pak Soeharto dulu," kata Faisal, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu malam, 13 Desember 2017.
Menurutnya Presiden perlu mengunjungi pabrik-pabrik industri nonmigas sebagai bentuk dukungan dan perhatian pemerintah dalam mendongkrak pertumbuhan industri nasional. Perhatian terhadap industri harus sejalan dengan pembangunan infrastruktur. Apalagi kinerja industri nasional semakin agresif dengan pertumbuhan produksi yang positif pada kuartal III-2017.
"Pada sarasehan 100 ekonom kemarin sudah dibilang blusukan dong ke industri, infrastuktur jalan dibangun tapi tidak memperhatikan konfigurasi," imbuh Faisal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) sebesar 5,51 persen secara tahunan pada kuartal III-2017. Angka ini lebih tinggi dibanding kuartal II-2017 sebesar 3,89 persen dan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,87 persen. Pertumbuhan produksi IBS tersebut menjadi yang tertinggi sejak kuartal I-2015.
Perbaikan kinerja sektor IBS ditopang pertumbuhan industri logam dasar sebesar 11,97 persen dengan kontribusi terhadap total pertumbuhan produksi sekitar 0,28 persen. Kemudian, industri makanan dan minuman menyumbang masing-masing 9,24 persen dan 3,4 persen. Sumbangsih kedua sektor ini mencapai 27,13 persen terhadap total pertumbuhan produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News