Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan kehawatirannya mengenai kondisi kurs dalam beberapa hari terakhir ini. Semula, pihaknya memperkirakan nilai tukar antara Rp12.500 hingga Rp13.000 per dollar. Meski begitu, untuk jangka pendek, industri masih memiliki daya tahan terhadap perlemahan nilai tukar ini, terutama untuk industri menengah besar dan industri olahan. Mereka masih memiliki bahan baku untuk satu bulan, stok produk jadi satu bulan, dan stok distributor masih satu bulan.
"Kita akan melihat dalam satu hingga dua minggu ini, bila memang terus meningkat otomatis akan dilakukan revisi harga. Namun konsekuensinya tentu akan berpengaruh pada penjualan. Hal ini yang saya khawatirkan, sebab menaikkan harga merupakan pilihan terakhir," ujar Adhi ditemui di kantor Kemenperin di Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Kondisi saat ini menjadi dilema bagi para pengusaha industri makanan dan minuman. Menurutnya, pengaruh dari penaikan harga tersebut akan sangat besar terhadap penjualan di lapangan. Dengan kondisi yang sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadan dan Lebaran, tentu membuat posisi para pengusaha serba salah.
Saat ini pihaknya sedang berupaya mencari solusi celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk mengompensasi dampak kenaikan harga barang. Selain itu, dia berharap pemerintah segera menstabilkan nilai tukar rupiah.
Untuk kenaikan harga, menurut Adhi, besarannya tergantung dari seberapa besar konten impor di produk tersebut. Dengan kondisi saat ini yang bahan bakunya didominasi oleh impor seperti gula dan terigu yang sudah 100 persen, serta susu yang 70 persen berasal dari impor, tentu menjadi sebuah persoalan bagi para pengusaha.
Adhi memperkirakan harga dapat naik antara 5 hingga 10 persen dari saat ini. Bila hal tersebut terjadi, diperkirakan pasar akan mengalami kontraksi daya beli dalam satu hingga dua bulan pertama. Namun bila nilai kurs kembali stabil sebelum naik maka harga-harga tersebut dapat kembali turun.
"Kita memang tidak boleh panik tetapi lebih terukur, sebab ini pengaruhnya lebih kepada bahan baku impor," ungkap Adhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News