Pengembangan kayu jadi yang belakangan ini cukup diminati masyarakat di lahan milik pribadi ternyata menguntungkan dari segi ekonomis. Total pengeluaran untuk 100 tanaman jati siap tebang sebesar Rp0,7 juta.
Ongkos produksi usaha tersebut paling besar Rp0,4 juta atau 55 persen dari total pengeluaran untuk upah pekerja. Data tersebut diperoleh dari hasil sensus pertanian tahun 2013 yang dilakukan secara rinci terhadap tanaman kehutanan, sektor peternakan, pertanian, perikanan dan perkebunan.
Panasunan Siregar menambahkan bahwa selain tanaman jati, masyarakat juga mengembangkan kayu mahoni dan sengon untuk 100 pohon memerlukan biaya produksi Rp2,5 juta (mahoni) dan Rp1,4 juta (sengon). Pengeluaran terbesar untuk pengembangan ketiga jenis kayu kehutanan tersebut adalah upah pekerja yakni kayu jati sebesar 55 persen, kayu mahoni 56.92 persen dan sengon 54.07 persen.
Panasunan Siregar menambahkan untuk tanaman jati persentase terbesar dapat dipanen pada umur 3-8 tahun (61,18 persen) dan prsentase terkecil umur lebih dari delapan tahun (18,94 persen). Untuk tanaman mahoni persentase terbesar dapat dipanen pada umur 3-8 tahun (51,83 persen) dan persentase terkecil umur lebih dari delapan tahun (16,01 persen).
Sedangkan untuk tanaman sangon persentase terbesar umur kurang dari tiga tahun dan persentase terkecil umur delapan tahun. Hal itu akibat umur tanaman jati siap tebang relatif lama dan sebaliknya umur tanaman mahoni dan sengon siap tebang relatif singkat. (Antara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News