"Jika harga karet nasional sekitar Rp12.000 per kg dengan kualitas baik maka karet lokal di Tabalong hanya Rp4.700 per kg berupa lump mangkok dengan kualitas rendah," jelas Aberar, seperti dikutip dari Antara, di Tanjung, Senin (18/1/2016).
Aberar menegaskan seharusnya petani karet di 'Bumi Saraba Kawa' ini bisa menerapkan pengolahan karet kualitas tinggi berupa lump mangkok maupun sit angin. Apalagi Pemerintah Kabupaten Tabalong telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Meningkatkan Mutu Karet (Gemas Mekar) di Desa Wayau Kecamatan Tanjung, November 2015.
Termasuk, tambahnya, mendukung peralatan pembuatan sit angin kepada lima koperasi karet di antaranya Koperasi Yudistira Desa Kembang Kuning Kecamatan Haruai, Koperasi Sedewa Desa Wayau Kecamatan Tanjung, dan Koperasi Bina Usaha Kecamatan Kasiau.
"Harapan kita petani di Tabalong bisa membuat karet olahan dengan mutu baik bisa berupa lump mangkok muatan sit angin sehingga harganya bisa lebih tinggi," kata Aberar.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat pun terpaksa membentuk tim teknis yang melibatkan satuan kerja terkait agar program pemerintah daerah melalui Gemas Mekar bisa jalan. Hal ini dilakukan lantaran hingga saat ini petani masih memproduksi karet olahan berupa lump mangkok dengan kualitas rendah karena kadar airnya masih tinggi sehingga harganya di pasaran pun murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News