"Sekarang ini harga tanah khususnya di Kota Semarang sangat tinggi, bahkan sudah di luar jangkauan para pengembang," kata Wakil Ketua REI Jawa Tengah Bidang Pertanahan Wibowo Tedjo Sukmono di Semarang, dikutip dari Antara, Kamis 20 Juli 2017.
Ia mengatakan jika seharusnya komposisi harga tanah dari total harga jual rumah sebesar seperdelapan. Kondisinya saat ini sudah mencapai seperempat dari harga jual rumah.
"Oleh karena itu, kami berharap pemerintah bisa ikut andil, misalnya dalam menentukan harga jual maksimal tanah. Dengan demikian tidak akan ada gejolak harga, karena kalau dibiarkan seperti ini maka pengembang akan kesulitan mengembangkan perumahan," jelas dia.
Meski demikian, diakuinya, upaya tersebut tidak mudah dilakukan mengingat biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) juga terus mengalami kenaikan. Wibowo mengatakan jika pada tahun lalu PBB masih di bawah Rp150.000, saat ini sudah di kisaran Rp200.000.
Mengenai hal itu, pihaknya sudah berupaya melakukan komunikasi dengan instansi terkait. Komunikasi tersebut tidak hanya dilakukan di instansi terkait Pemkot Semarang tetapi juga di daerah.
"Mereka pun sulit memberikan tanggapan positif khususnya mengenai PBB karena daerah juga ada target untuk pendapatan asli daerah," katanya.
Meski demikian, pihaknya akan kembali melakukan komunikasi dengan pemda setempat terkait keterlibatan pemda menentukan batas atas harga tanah.
"Kalau tidak demikian, pengembang akan kesulitan mengembangkan kawasan perumahan di perkotaan," katanya.
Sementara itu, pihaknya tidak memungkiri kenaikan harga tanah di Semarang menjadi wajar mengingat ketersediaan tanah kosong yang dapat digunakan untuk pembangunan kawasan perumahan semakin sempit.
"Menurut perhitungan kami, saat ini land banking yang ada di Semarang hanya di kisaran 10 persen. Itupun terbatas, kebanyakan di wilayah selatan, sebagian kecil di wilayah barat dan timur. Kalau utara jelas tidak mungkin karena sudah berbatasan dengan laut," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News