Mendengar pencapaian tersebut, Menteri Pertanian Amran Sulaiman gembira. Pasalnya, di tengah musim paceklik, pasokan beras melimpah di sejumlah pasar sentra beras, seperti Pasar Induk Beras Cipinang.
"Dulu beredar kabar kalau data BPS tidak valid dan kondisi negara terancam pangan. Sekarang terbukti kan? Kalau produksi melimpah," kata Amran di Bantul, Yogyakarta, Rabu (3/2/2016).
Pria Kelahiran Bone itu menjelaskan, pada priode Januari-Februari 2016, produksi pangan sudah naik lebih dari 100 persen dibandingkan periode yang sama di 2015. Naiknya produktivitas pangan diikuti turunnya harga beras di pasar.
Lulusan Universitas Hasanuddin itu mengatakan, selain jumlah produksi padi, luas panen padi 2015 juga mengalami kenaikan menjadi 318.168 ha (2,31 persen) dibandingkan 2014. Ia melanjutkan, meningkatnya produksi dan luas panen berkat kerja keras 56,6 juta petani padi.
"Ini semua berkat hasil kerja sama antar banyak pihak, petani, pemerintah, dan semua yang terlibat," ucap Amran.
Namun, menurut Amran, ada yang perlu diantisipasi, yakni harga gabah di petani. Bulog, lanjut Amran harus segera turun ke lapangan untuk menyerap Gabah Kering Panen (GKP) minimal 4-5 juta ton beras di saat panen raya.
"Misalnya, harga GKP di Cilacap Rp.3.600 sampai 3.800, lalu di Ngawi Rp3.600 sampai Rp3.800. Jangan sampai di bawah harga itu," ungkap Amran.
Untuk jagung, angka sementara produksi jagung 2015 dilaporkan mencapai 19,61 juta ton. Angka ini naik 600.000 ton (3,17 persen) dibandingkan produksi jagung pada 2014, yang sebesar 19,01 juta ton.
Namun terjadi penurunan luas panen tanaman jagung pada 2015 sebesar 50.200 ha, atau turun 1,31 persen, dibandingkan luas panen pada 2014. Sementara itu, angka sementara produksi kedelai 2015 tercatat sebesar 963.100 ton. Jumlah tersebut meningkat 8.100 ton dari produksi kedelai 2014 yang sebesar 955.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News