"Harga kedelai impor sangat dipengaruhi dengan nilai tukar dolar AS. Kalau kurs dolar naik, ya harga pengambilan kedelai impor di Surabaya juga ikut naik," kata Akbar, pedagang kedelai di Pasar Bojonegoro, sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (14/10/2015).
Ia menyebutkan harga kedelai impor, semula sekitar Rp6.900 per kg. Karena kurs dolar AS naik, maka harga kedelai juga naik hingga Rp7.500 kg.
"Bagi pedagang kedelai seperti saya menaikan harga kedelai impor menjadi Rp7.500 per kg, tidak terlalu tinggi sebab takut kehilangan pembeli," ucapnya.
Ia mengaku bisa menjual kedelai impor rata-rata lima ton dalam sepekan. Namun sejak ada kenaikan harga kedelai impor ditambah panen kedelai lokal, maka penjualan kedelai impor mulai turun.
"Perajin tahu lebih banyak membeli kedelai lokal dibandingkan kedelai impor. Tapi kalau perajin tempe lebih banyak membeli kedelai impor," jelas Akbar.
Hal senada juga disampaikan Sakip, pedagang eceran di Pasar Banjarjo, bahwa pengaruh turunnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang rupiah juga mengakibatkan harga kedelai lokal ikut turun.
"Turunnya harga kedelai lokal, selain dipengaruhi turunnya nilai tukar dolar Amerika Serikat juga karena ada panen tanaman kedelai di Bojonegoro," jelas dia.
Di Pasar Bojonegoro dan Pasar Banjarjo, harga kedelai lokal yang semula sekitar Rp6.500 per kg, turun menjadi Rp6.200 per kg.
Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro, Arifin, menegaskan turunnya harga kedelai impor belum pulih karena harga kedelai impor semula hanya Rp6.900 per kg.
"Normalnya harga kedelai impor sekarang ini seharusnya sekitar Rp7.000 per kg," ucapnya.
Ia menambahkan kenaikan harga kedelai yang terjadi akhir-akhir ini, mengakibatkan keuntungan sekitar 150 perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya berkurang sekitar 20 persen, dibanding sebelum ada kenaikan harga kedelai.
"Tapi belum ada perajin tahu dan tempe yang berhenti berproduksi," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News