"Kami awali dari Jabodetabek, setelah itu kami segera dapat feedback, dari feedback itu kami segera benahi terus langsung masuk ke daerah lain," katanya ketika menghadiri seminar publik terkait kartu prakerja dikutip dari Antara, Selasa, 18 Februari 2020.
Selain Jabodetabek, peluncuran kartu sakti itu juga akan dimulai di Provinsi Jawa Barat. Ia menyebutkan alasan dimulainya peluncuran itu di Jabodetabek dan Jawa Barat karena jumlah pencari kerja yang besar di wilayah tersebut.
Setelah mencermati dan mengevaluasi, peluncuran kartu prakerja tersebut rencananya akan dikembangkan ke daerah lain di Pulau Jawa terlebih dahulu di antaranya Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Perkembangannya cepat, Jabodetabek dan Jabar dulu pertama, setelah itu langsung menyebar," katanya.
Ia menambahkan implementasi kartu prakerja juga tidak menunggu pembahasan RUU Omnibus Law Cipta Kerja di DPR namun tinggal menantikan peraturan presiden.
"Secepatnya, ini Februari segera turun Perpres, Maret persiapan dan April mulai jalan," imbuhnya.
Meski begitu, Moeldoko mengaku pemerintah belum bisa menjamin sasaran peserta program Kartu Pra Kerja yang mencapai dua juta orang itu seluruhnya langsung terserap di dunia kerja. Pemerintah, kata dia, tidak bisa mengendalikan pasar tenaga kerja.
Dia melanjutkan pemerintah ingin memastikan para pencari kerja itu memiliki keahlian yang dibutuhkan dunia usaha. Hal itu bisa menjadi bekal mereka terserap dunia kerja atau justru menciptakan lapangan kerja baru.
Pemerintah menargetkan sebanyak dua juta peserta Kartu Pra Kerja dengan manfaat yang diterima akan memperoleh pelatihan senilai Rp3 juta-7 juta dari total anggaran Rp10 triliun seluruhnya pada 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News