Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan korporasi segera membangun pabrik smelter grade alumina di Mempawah Kalimantan Barat dengan kapasitas sampai dengan dua juta ton per tahun.
BUMN tambang juga akan membangun pabrik Feronikel di Buli, Halmahera Timur berkapasitas 13.500 ton per tahun, dan pembangunan PLTU di lokasi pabrik hilirisasi bahan tambang sampai dengan 1.000 megawatt (mw).
"Holding baru ini akan segera melakukan serangkaian aksi korporasi," katanya dalam sebuah jumpa pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 24 November 2017.
Sementara itu, untuk jangka menengah holding industri pertambangan akan melakukan akuisisi maupun eksplorasi wilayah penambangan dan hilirisasi. Rencana tersebut dapat mendongkrak peluang holding tambang untuk masuk jajaran 500 Fortune Global Company.
Harry menuturkan saat ini tiga BUMN pertambangan masih berada di luar 10 besar perusahaan pertambangan di Asia Pasifik. Bukit Asam berada di peringkat 18, Antam di peringkat 20, sementara Timah di peringkat 38.
"Kondisi ini akan berubah saat pembentukan holding BUMN Tambang, asetnya paling tidak harus USD21 miliar kalau mau masuk Fortune 500," imbuh dia.
Dia meyakini keberadaan Holding Industri Pertambangan akan menambah pendapatan negara melalui berbagai pajak, royalti, serta dividen. Selain itu industri pengolahan tambang dan mineral juga mampu menyerap ribuan pekerja baru, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah, serta mendorong harga produk yang lebih bersaing.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum Budi Gunadi Sadikin mengaku aset perseroan diperkirakan naik menjadi Rp87 triliun setelah holding tambang resmi terbentuk.
"Kalau sudah jadi nanti asetnya bisa Rp87 triliun," katanya di sela-sela rakor BUMN di Bengkulu, Rabu 22 November 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News