Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah dalam konferensi pers di Kantor LPS. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah dalam konferensi pers di Kantor LPS. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin

LPS: Pertumbuhan Kredit Masih Lambat hingga Kuartal I-2020

Husen Miftahudin • 24 Januari 2020 18:25
Jakarta: Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan penyaluran kredit hingga kuartal I-2020 masih tumbuh melambat. Perlambatan ini diakibatkan dari kebijakan pemerintah yang menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) atau front loading, meski lebih terukur.
 
"Pertumbuhan kredit kuartal pertama (2020) diperkirakan belum tinggi. Pertumbuhuannya diperkirakan tidak terlalu berbeda dengan akhir tahun lalu," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah dalam konferensi pers di Kantor LPS, Equity Tower, SCBD, Jakarta Selatan, Jumat, 24 Januari 2020.
 
Menurut Halim, pertumbuhan kredit di kuartal I-2020 di bawah tujuh persen secara tahun ke tahun atau year on year (yoy). Adapun pertumbuhan kredit pada November 2019 sebesar 7,05 persen (yoy) sehingga pada 2019 pertumbuhan kreditnya sebesar 6,08 persen

Meski demikian, Halim optimistis stabilitas keuangan masih tetap terjaga dengan likuiditas yang memadai. Dia bilang, pelemahan pertumbuhan kredit dapat mengurangi kebutuhan likuiditas perbankan.
 
LPS juga memandang likuiditas perbankan hingga kuartal I-2020 masih stabil dan terjaga di tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih kuat. LPS mencatat perkembangan DPK sepanjang 2019 tumbuh sebesar 6,54 persen.
 
"Membaiknya kondisi likuiditas perbankan dalam beberapa waktu terakhir ditopang oleh pertumbuhan DPK yang membaik dan pertumbuhan kredit yang lebih terukur sehingga dapat mengurangi gap (selisih) pertumbuhan," jelas dia.
 
Sementara itu, Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan hingga Desember 2019 tercatat sebesar 94,57 persen. LPS mengimbau kepada perbankan untuk mewaspadai sejumlah risiko yang masih berpotensi menyebabkan pengetatan likuiditas.
 
"Ini karena adanya tekanan likuiditas pada sebagian bank kelas menengah yang lebih ketat dibanding kelompok bank besar dan kecil. Juga terkait ekspansi pemerintah yang masih terbatas di awal tahun (sisi belanja)," pungkas Halim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan