Fransetya, pria kelahiran Jakarta 40 tahun silam ini, telah malang melintang di dunia korporasi selama 19 tahun. Di usianya yang masih muda, bagi sebagian orang cukup sulit untuk mendapatkan sebuah jabatan strategis di perusahaan. Namun, tantangan tersebut bisa dihadapi saat dirinya didaulat menduduki kursi Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) di perusahaan asing pada usia 32 tahun.
Kepada Metrotvnews.com, Fransetya bercerita jika dia sudah 19 tahun "menancapkan kakinya" di dunia korporasi. Tak ayal, banyak jabatan penting pernah didudukinya. Kendati banyak posisi strategis yang dilakoninya, Frans tidak ingin menjadi sosok yang sombong dan ingin terus mengabdikan ilmunya bagi negeri ini.
Dia berkisah, pada 1996, ketika masih menimba ilmu di FE Universitas Indonesia (UI) jurusan Akuntansi, dia sudah mulai bekerja di PT Sarana Arta Sentosa yang bergerak di bidang supplier ke TNI-AD. Frans pun mengabdi selama kurang lebih tiga tahun lamanya di perusahaan tersebut. Rasa tidak pernah puas untuk menimba ilmu, membuat dia berhenti di perusahaan tersebut dan melanjutkan pendidikan untuk memperoleh gelar Master of Science in Finance di University of Illinois, USA selama satu tahun dan meraih gelar Magister Finance.
Dia bertutur, setelah mendapat gelar itu, tawaran pekerjaan mengalir deras. Namun, Frans lebih memilih untuk berlabuh di Vesuvius, USA untuk menjadi Business Analyst. Vesuvius merupakan perusahaan pabrik lintasan besi cair. Selama dua tahun lebih, Frans mengabdi di Veruvius, sejak Juni 2000 hingga Oktober 2002.
"Saya merasa dunia korporasi sangat cocok dengan karakter saya, khususnya perusahaan asing. Di mana profesionalisme sangat diutamakan. Total pengalaman kerja saya di korporasi sekitar 19 tahun. Saya merasakan campur tangan Tuhan yang luar biasa dalam karir saya," beber Fransetya, mengawali percakapannya.
Setelah mengabdi pendidikan dan pekerjaan di Amerika, Frans lebih memilih kembali hijrah ke Indonesia untuk berkarir di Jakarta. Setibanya di Jakarta pada November 2002, ia langsung bekerja di PT Gitaswara Indonesia untuk menjadi Accounting Manager. Hingga Maret 2004. ia memutuskan mundur dari PT Gitaswara Indonesia. Pasalnya, manajemen PT Petrojaya Global Plasterboard menerima Frans sebagai pegawai untuk menempati kursi Financial Controller.
Karir di PT Petrojaya Global telah dijalaninya hingga Januari 2005. Setelah itu, Frans melanjutkan karirnya di PT Bayer Indonesia untuk menjadi Senior Controller sejak Februari 2005 hingga Oktober 2006. Di PT Bayer Indonesia, karirnya terus menanjak hingga menjadi Head of Business Service Departement sejak November 2006 hingga Agustus 2007. Keuletan dan kepiawaiannya membuat Frans dipercaya untuk bekerja di perusahaan Bayer Sea Pte. Ltd di Singapura. Sejak 2007 hingga Januari 2009, ia menjabat sebagai Controller BioScience Rice Controller, BioScience APAC Controller
"Februari 2009, saya balik lagi ke Jakarta untuk bekerja di PT Astrazeneca Indonesia. Di perusahaan itu saya menjabat sebagai CFO. Umur 32 tahun saya menjabat kursi direktur. Tapi mendapatkan kursi itu tidak mudah. Dengan pengalaman di dunia pekerjaan dan pendidikan di akuntansi serta finance yang membuat saya di sini. Pendidikan dan pengalaman yang sayang miliki merupakan kombinasi yang baik, sangat sejalan dengan semua pekerjaan yang saya jalani," papar Frans.
Satu tahun dua bulan diarungi Frans dengan menjabat sebagai CFO di PT Astrazeneca Indonesia, tepatnya sejak Februari 2009 hingga April 2010. Karir menjadi direktur tidak berhenti di situ saja, ia pun langsung dipercayai menjadi CFO di PT Takeda Indonesia. Banyak tanggung jawab dan pekerjaan di perusahaan itu, namun semua itu dilakukannya dengan baik selama hampir tiga tahun lamanya.
Kian menanjak, karir Frans terus melesat setelah di PT Takeda Indonesia. Ia pun pernah singgah di PT Pfizer Indonesia sebagai Direktur Keuangan, di PT Pertamedika Sentul City sebagai Komisaris dan di PT Sukaputra Graha Cemeerlang menjadi Chief Operation Officer (COO). Saat ini, ia sedang menggeluti jabatan sebagai Strategy and Investment Director di PT Sentul City Tbk, yang sebelumnya menjabat Chief Financial Officer. Sentul City merupakan perusahaan properti yang telah lama melintang. Bekerja di dunia properti, menurut Frans, tidak lah mudah, karena membutuhkan pendanaan yang tinggi dan disiplin dalam operasional. Mengapa demikian? Karena mengingat lamanya jangka waktu pembangunan sampai dengan serah terima unit ke konsumen.
"Maka dari itu, ketepatan dalam perencanaan keuangan menjadi hal yang sangat penting. Saya rasa walau ekonomi dunia sedang lesu, rendahnya suplai properti di Indonesia, masih memberikan peluang untuk kesempatan baru, apalagi jika segmentasi produknya diterima dengan baik oleh konsumen, ditunjang dengan pricing harga jual yang terjangkau," tegas Frans.
Selama menjadi direksi, Frans selalu menanamkan pikiran yang postif bagi bawahannya. Menurut dia, bawahan adalah partner dalam bekerja. Bahkan, bukan hanya sebagai partner melainkan strategic business partner yang mempercepat pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu, karyawan harus diberikan keleluasaan dan kepercayaan yang lebih, akan tetapi masih ada kontrol yang ketat terhadap bawahan setiap melakukan aktivitas pekerjaan. Jikalau bawahan berhasil, maka berikan reward yang pantas, agar mereka bisa lebih meningkatkan pekerjaan yang ada saat ini.
Adapun tujuannya saat ini, Frans ingin membuka lapangan usaha kerja sendiri. Serta ingin fokus dalam menggenjot pertumbuhan perusahaan secara maksimal, dengan cara membayangkan perusahaan itu adalah milik sendiri. Dengan pegalaman karir yang dimilikinya hingga saat ini, Frans pernah menerima penghargaan sebagai Global Best Support Function, SAP Champion, dan tiga kali sebagai Indonesia best CFO dari majalah SWA.
Waktu Bersama Keluarga
Meski sibuk menduduki jabatan yang penting di banyak perusahaan selama ini, Frans masih bisa menyeimbangkan waktu untuk keluarga dan pekerjaan. Ia selalu menyemangati anak-anaknya yang sedang mengikuti ujian, agar cita-cita yang diinginkan anaknya bisa tercapai. Frans bersyukur, memiliki istri yang sudah dinikahinya bertahun-tahun ini. Menurut dia, sang istri selalu mendukung karir yang telah dijalani sampai sekarang.
"Saya bersyukur memiliki istri yang sangat mendukung karir saya, di mana istri saya memutuskan untuk berhenti bekerja setelah kami memiliki anak. Komunikasi dengan istri dan anak-anak sangat aktif, walaupun anak-anak saya masih delapan tahun dan enam tahun," ujar Frans.
Selain mengurusi perusahaan dan keluarga, sesekali Frans diminta memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI. Ke depannya, sambung Frans, pengalaman dan ilmu yang didapatkan akan terus dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Mungkin tidak hanya menjadi dosen tamu, bisa saja nantinya akan menjadi dosen di universitas yang ada di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News