Ketua Asbanda Kresno Sadiarsi mengaku penyaluran kredit saat ini masih didominasi untuk kebutuhan sektor konsumtif. Bahkan secara rerata penyaluran portofolio konsumtifnya berada di kisaran 50 persen hingga 60 persen.
Baca : BPD Perlu Direvitalisasi Dorong Pembiayaan Daerah
"Memang ada harapan dan rencananya bahwa penyaluran kredit diarahkan posisinya 60:40 dengan 60 persen untuk kredit produktif. Idealnya memang 70 persen untuk produktif dan 30 persen untuk konsumtif, tapi kita coba mulai dahulu secara bertahap dengan menggeser portfolionya ke arah infrastruktur," ujar Kresno saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2016).
Terlebih, kata dia, dengan adanya kerja sama antara Asbanda dengan PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) terkait peningkatan pelaksanaan program pembiayaan proyek infrastruktur daerah. Kerja sama tersebut diyakini akan mampu meningkatkan pembiayaan kredit di sektor produktif.
"Kita lebih pede (percaya diri) untuk biaya infrastruktur, karena sekarang ini kita bergandeng tangan dengan jagoannya (IIF). Untuk BPD ini pembiayaan infrastruktur itu kisaran 8 hingga 10 persen," tuturnya.
Hingga 2015, BPD telah melakukan program pembiayaan bersama antara lain proyek jalan tol milik Jasa Marga di Sumatera dan Jawa. Kemudian proyek tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dan beberapa proyek tol lainnya.
Sedangkan proyek untuk PLN, sebanyak tujuh BPD bersama dua BUMN dan PT SMI juga terlibat dalam melakukan pembiayaan sindikasi sebesar Rp2,2 triliun untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Riau 2 X 110 megawatt (mw).
"Selain itu dua BPD bersama tiga bank swasta telah memberikan kredit sindikasi sebesar Rp980 miliar kepada perusahaan pembiayaan multifinance dan PT Pegadaian," tutup Kresno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News