Deputi III Bidang Kordinasi Infrastruktur, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin mengatakan pembangunan dry port merupakan upaya pemerintah untuk membantu kelancaran logistik. Beberapa dry port yang saat ini tengah disiapkan adalah Tangerang, Surabaya, dan Semarang.
"Mau mengembangkan dry port untuk membantu kelancaran logistik. Salah satu yang sudah disiapkan di Tangerang kemudian akan ada di Semarang dan Surabaya," kata Ridwan di Kantor Menko Kemaritiman, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (10/10/2016).
Ridwan menjelaskan, pembangunan dry port ini dilakukan oleh swasta. Oleh karena itu perlu beberapa regulasi yang harus disiapkan oleh pemerintah. Pemerintah akan lebih sensitif ketika melihat kondisi di lapangan dalam merumuskan regulasi tersebut.
"Besok kita mau dapatkan regulasinya seperti apa, kemudian implementasinya di lapangan seperti apa," jelas Ridwan.
Saat ini dry port yang sudah beroperasi berada di kawasan Cikarang dan Gedebage, Bandung. Dry port Cikarang memiliki lahan cukup luas yakni 200 hektare (ha) dapat menampung sekitar 2,5 TEUs. Ridwan menyebutkan, dry port tambahan akan menampung tidak jauh beda dengan kapasitas dry port yang sudah beroperasi.
Dalam memperlancar logistik, pemerintah akan membangun beberapa dry port di selatan, barat, dan timur untuk mempersingkat waktu bongkar muat barang (dwelling time). Sehingga diharapkan waktu dwelling time hanya dua hari.
"Targetnya dua sampai tiga hari. Proses sederhana gini, di pelabuhan itu kapal hanya sandar dan turunin barang. Lalu angkut pakai kereta api. Jadi administrasinya di darat," pungkas Ridwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News