Direktur Iklim Usaha dan Kerja Sama Internasional Kemendag Gusmelinda Rahmi mengatakan, selain kebijakan perdagangan yang bersinggungan, ternyata industri dalam negeri juga masih belum siap hadapi persaingan. Daya saing yang rendah bakal membuat industri lokal 'tewas' digerus perdagangan global.
"Sebenarnya untuk TPP tergantung kita siap atau tidak. Saya rasa (butuh) 10 tahun lagi (untuk bersiap diri)," ujar Gusmelinda dalam acara Policy Dialogue Series: Peluang dan Tantangan Indonesia Bila Bergabung dengan TPP di Kantor Kemendag, Jalan MI Ridwan Rais No.5, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2016).
Dia sangat menyoroti kesiapan industri lokal dalam hadapi persaingan di perdagangan bebas. Sebab lemahnya data, soal angka produksi dan kebutuhan lokal, saat ini, diakuinya, membuat industri dalam negeri belum siap bersaing.
"Karena lemahnya data, saya rasa belum siap. TPP-nya bagus (dongkrak daya saing), tapi masalahnya kita siap atau enggak," tuturnya.
Sementara Kepala Departemen Penelitian Ekonomi Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri berpendapat bahwa kajian TPP seharusnya dilakukan 15 tahun yang lalu. Sebab jika dilakukan dari jauh-jauh hari, maka selain industri lokal siap bersaing, Indonesia juga bisa punya strategi yang lebih matang menatap perdagangan bebas.
"Dalam TPP kan ada beberapa bidang yang dibahas seperti (kesiapan) BUMN dan investasi. Itu dilakukan melalui studi oleh pemerintah, termasuk upaya-upaya mereformasi perekonomian kita," tutup Yose.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News