Ilustrasi pengguna MRT. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
Ilustrasi pengguna MRT. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Kesiagaan MRT Menghadapi Bencana

Syah Sabur • 28 Februari 2020 14:17
Jakarta: Selama ini Jakarta dikenal sebagai daerah rawan bencana, terutama banjir dan gempa bumi. Khusus untuk banjir, selama ini Jakarta berkali-kali diterjang banjir besar, termasuk awal 2020 ini.
 
Untuk itu, PT MRT Jakarta benar-benar memperhitungkan adanya potensi bencana tersebut. Selain banjir dan gempa, MRT juga harus bersiap jika suatu saat terjadi kebakaran, terutama jika kejadiannya di stasiun atau jalur kereta bawah tanah.
 
Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar mengemukakan kepada media, Kamis, 27 Februari 2020 di kantornya, soal mitigasi bencana ini menjadi perhatian serius, baik pada fase pembangunan maupun fase operasional. Soal mitigasi bencana ini diterapkan saat pembangunan MRT fase pertama dan fase kedua.

Karena itulah, sampai saat ini MRT aman walaupun terjadi banjir besar di Jakarta. Sedangkan bencana gempa, hingga saat ini memang tidak ada gempa besar di Jakarta. Demikian pula halnya kebakaran, pihak MRT bersyukur hingga saat ini tidak terjadi kebakaran di lingkungan stasiun maupun jalur kereta.

Mencegah Banjir dan Kebakaran

Meskipun demikian, William menjelaskan, guna mencegah banjir, ketinggian/elevasi entrance (pintu masuk) stasiun akan disesuaikan berdasarkan kajian hidrologi dengan periode banjir 200 tahunan. Selain itu, entrance stasiun juga direncanakan akan dilengkapi dengan flood protection panel (setinggi 70cm) untuk menjaga apabila banjir terjadi sebagai akibat dari drainase kota yang tidak berfugsi secara optimum.
 
Sementara itu, guna mengindari kebakaran, pihak MRT juga menyediakan system proteksi berupa alat pemadam di berbagai titik, sprinkler system, fire hydrant, dan gas flooding system. Ada juga fire shutter untuk membatasi penyebaran api.
 
Kesiagaan MRT Menghadapi Bencana
Ilustrasi grafis mitigasi bencana MRT. Dok: MRT.
 
Dalam menangani kebakaran, sesuai dengan Peraturan Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung (MKKG, Pergub 143 Tahun 2016), pihak MRT juga memiliki SOP, struktur Organisasi SDM, dan spesifikasi teknis fire protection.
 
"Selain itu, kami sangat memperhatikan persyaratan fire rated material untuk material arsitektur maupun MEP (mechanical, electrical, and plumbing)," jelas William.

Siap Menghadapi Gempa

Demikian pula dalam menghadapi gempa, MRT melakukan mitigasi berdasarkan SNI Bangunan dan Gempa terbaru yaitu SNI 2847:2019 (terkait persyaratan beton struktural untuk bangunn Gedung) dan SNI 1726:2019 (terkait perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non-gedung).
 
"Yang jelas, strukur MRT Jakarta dapat menahan gempa dengan perkiraan kasar sekitar 8,74 SR earthquake dalam radius 171,35 km. Jika gempa bumi yang terjadi sangat besar, maka train dispatcher akan mengarahkan untuk segera memberhentikan operasi kereta dan mengevakuasi penumpang."
 
Keseriusan MRT dalam menghadapi gempa juga terlihat dari adanya kesiagaan terhadap dua level gempa dengan periode ulang gempa berbeda. Pertama, level satu earthquake (operational) dengan return period 100 tahun. Pada gempa level satu ini, MRT tetap dapat digunakan untuk operasi segera setelah terjadinya gempa.
 
"Kedua, kesiagaan menghadap gempa level 2 (maksimum). Pada level ini, dengan gempa jenis return period 2.500 tahun, struktur dapat digunakan untuk operasi setelah dilakukan assessment dan perbaikan," kata William.
 
Tentu saja, meskipun MRT siap menghadapi berbagai bencana, kita semua berharap agar para penumpang MRT dijauhkan dari segala bencana, baik kebakaran, banjir maupun gempa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan