"Kami mencoba membantu industri yang ingin berubah, karena jelas ini akan membantu produktivitas dan meningkatkan produksi yang pasti efisien dan membantu manusia, bukan menggantikan manusia," ujar Local Business Unit Manager Robotics ABB Mugi Harfianza, di ICE BSD, Selasa, 16 April 2019.
Adapun robot yang diciptakan ABB yakni robot yang bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan yang memiliki risiko tinggi bagi manusia. Tentu robot tersebut diharapkan bisa mempermudah pekerjaan manusia di masa-masa yang akan datang.
"Misalnya di pabrik, untuk mengecek sesuatu yang berbahaya sudah saatnya jangan ditaruh manusia di situ," paparnya.
Sementara keunggulan lain, robot terkoneksi dengan internet sehingga tetap bisa diawasi dari jauh baik oleh pemilik maupun ABB. Mugi melanjutkan robot buatan ABB menyasar beberapa bidang manufaktur seperti industri makanan dan minuman, otomotif, dan elektronik.
ABB optimistis penjualan robot di Indonesia memiliki prospek yang cerah. "Apalagi, Indonesia sedang menggencarkan industri 4.0 dengan konsentrasi digitalisasi," ucapnya.
Sementara itu, perusahaan robotik asal Swiss, ABB, mengungkap bahwa mereka akan mengeluarkan USD150 juta (Rp2,3 triliun) untuk membangun pabrik robot canggih di Shanghai, Tiongkok.
Pabrik itu akan digunakan untuk membuat robot. Mereka akan menggunakan robot satu tangan YuMi, yang pernah mereka gunakan untuk menjadi konduktor orkestra, untuk merakit komponen-komponen kecil.
Mereka juga berencana untuk menggunakan software SafeMove2 di pabrik itu. Disebutkan, software ini membuat robot YuMi serta robot lain bisa bekerja berdampingan dengan pekerja manusia tanpa harus khawatir akan keamanan para pekerja manusia, menurut laporan Engadget.
ABB berkata, mereka ingin menjadikan pabrik di Shanghai sebagai pabrik robot paling canggih di dunia. Mereka bahkan akan membuat pusat riset dan pengembangan untuk mempercepat penelitian mereka terkait kecerdasan buatan.
Selain itu, mereka juga akan memperluas tipe dan varian robot yang mereka buat untuk perusahaan-perusahaan Tiongkok, termasuk untuk perusahaan pembuat mobil atau pembuat barang elektronik.
Tiongkok adalah pasar terbesar kedua bagi ABB setelah Amerika Serikat. Adanya pabrik ini akan memperkuat posisi mereka di Tiongkok. Mereka memperkirakan, pabrik sebesar 75 ribu kaki ini akan dibuka pada akhir 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News