Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu Syarif Hidayat menyebut, ekspor Indonesia dari akhir Januari ke Februari turun 9,15 persen. Devisa ekspor turun dari USD557 juta ke USD506 juta.
"Sudah kelihatan dengan adanya penurunan impor yang berasal dari Tiongkok. Kemudian di sisi lain ekspor penurunan, tapi impor lebih tinggi dibandingkan ekspor," kata dia di Gedung Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa, 3 Maret 2020.
Bukan hanya ke Tiongkok, ekspor Indonesia ke lima negara unggulan (Top 5) seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, India, dan Malaysia juga turun. Jika di akhir Januari jumlahnya USD1,49 miliar turun 4,35 persen jadi USD1,42 miliar.
"Top 5 tidak terlalu terpengaruh, yang teprengaruh di Tiongkok karena sebagian besar dirumahkan sampai 8 Maret. Jadi kegiatan ekonomi Tiongkok relatif terhenti. Custom-nya pun dirumahkan, tidak bisa keluar karena suspect," jelas dia.
Jika dilihat dari komoditasnya, barang tambang mineral logam yang dikirim ke Tiongkok turun 58,5 persen dari akhir Januari ke akhir Februari. Tercatat dari USD19,8 juta ke USD8,2 juta di akhir Februari 2020.
Sedangkan barang primer, produk dalam bentuk butir turun 41,6 persen dari USD82,1 di akhir Januari ke USD47,9 juta di akhir Februari. Untuk ekspor lemak dan minyak dari Indonesia ke Tiongkok USD30,8 juta jadi USD20,3 juta di akhir Februari atau turun 34,09 persen.
Sementara itu untuk ekspor produk batu bara ke Tiongkok justru mengalami kenaikan. Devisa untuk ekspornya tercatat naik tipis 7,25 persen USD191,5 juta di akhir Januari 2020 menjadi USD205,4 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News