Kepala BPS Suhariyanto mengatakan Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia baik dari sisi ekspor maupun impor. Ia bilang semua kegiatan ekonomi yang terjadi di Tiongkok tentu akan terefleksi pada Indonesia.
Karena ekspor utama kita ke Tiongkok dan impor utama kita juga dari Tiongkok, apa yang terjadi di Tiongkok pasti akan berpengaruh terhadap permintaan dan pengiriman barang," kata Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin, 3 Januari 2020.
Kendati demikian, dirinya mengatakan belum bisa memastikan berapa besar pengaruh tersebut. Ia bilang data mengenai kinerja neraca perdanganan baru bisa ditunjukkan pada pertengahan bulan dalam rilis BPS.
Berdasarkan data BPS, dalam ekspor nonmigas sepanjang 2019, Tiongkok menjadi tujuan utama. Ekspor ke Tiongkok mencapai USD25,85 miliar atau 16,68 persen dari total ekspor nonmigas yang mencapai USD154,99 miliar.
Di Desember saja saat virus tersebut belum merebak, ekspor ke Tiongkok mengalami penurunan USD101,2 juta.
Selain itu, Tiongkok juga masih menjadi negara utama asal impor Indonesia. Sepanjang 2019, impor nonmigas dari Tiongkok mencapai USD44,58 miliar atau 29,95 persen dari total impor nonmigas USD148,84 miliar.
Sementara pada Desember 2019, impor dari Tiongkok juga sempat mengalami penurunan USD123 juta. Sepanjang 2019, Indonesia masih mencatatkan defisit perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD18,72 miliar.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto pun telah memutuskan untuk menghentikan sementara impor bahan pangan, produk makanan dan minuman dari Tiongkok. Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus Korona.
"Berkaitan dengan impor ini memang bagi neara yang terjangkit ini Tiongkok sementara harus disetop," kata Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News