Meski kini Pulauintan terbilang sudah stabil dan bisnis terus bertumbuh, bukan berarti perjalanan bisnis Sudarto mulus tanpa hambatan. Sudarto pernah mengalami sepi pesanan ketika krisis moneter 1998.
Saat itu, banyak kontraktor yang gulung tikar akibat arus kas yang tak lancar. Beruntung, arus kas Pulauintan terbilang dalam kondisi baik sehingga mampu mendapat pangsa pasar yang sudah ditinggalkan pemain lain akibat krisis.
Pulauintan juga menjadi satu-satunya perusahaan kontraktor yang masih menerima proyek pembangunan. Saat itu, perusahaan ini mendapat proyek pembangunan gedung parkir di Pasaraya Blok M.
"Meski krisis, proyek selalu ada setiap tahun. Sebisa mungkin saya tak mengurangi karyawan. Hal terpenting, keuntungan bisa untuk menutupi biaya overhead," kata Sudarto.
Meski demikian, harus diakui Sudarto bahwa ia pernah mengalami masa sulit. Pada 1984, pemerintah mewajibkan kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal ini membuat perusahaannya mengalami sepi pesanan.
Sebab, pemerintah ingin menarik pajak dari kegiatan pembangunan perumahan yang sedang meningkat saat itu. Alhasil, banyak orang takut membangun rumah dan lebih memilih untuk melakukan renovasi.
"Untungnya, bisnis kembali berjalan normal," kata pria yang mengaku mendapat keahlian berbisnis dari orang tuanya itu.
Sejak kecil, Sudarto memang sudah mengenal dunia bisnis dari orang tuanya yang memiliki profesi sebagai pedagang sembako di Singkawang. Dia sudah membantu berjualan sejak sekolah dasar dan kegiatan ini dia lakoni hingga sekolah menengah atas.
Orang tua Sudarto berpesan kepadanya, bila ingin bekerja, bekerjalah sesuai kemampuan. Sebab, hal ini akan membuat orang bekerja dengan baik tanpa paksaan. Prinsip ini juga membantunya menjaga agar arus kas tidak Berantakan.
Diversifikasi Bisnis dan Generasi Penerus
Sudarto mulai melakukan diversifikasi bisnis sejak 2004. Ia punya saham di berbagai proyek yang dikerjakannya. Bisnis ini mulai dari pusat perbelanjaan, gedung kantor, jasa pembersih gedung, apartemen, hotel, hingga rumah sakit.
Sudarto sadar sudah tak muda lagi. Oleh karena itu, dia menyiapkan anak-anaknya sebagai penerus bisnis. Anak perempuan Sudarto saat ini menjabat sebagai Direktur Keuangan. Sedangkan, putra kedua fokus pada operasional dan pengembangan bisnis perusahaan. Anak terakhir fokus pada pengembangan teknologi informasi.
"Saya sudah tanamkan nilai untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri dalam bisnis, juga memikirkan orang lain. Hal ini agar pekerjaan yang sedang dikerjakan bisa berguna bagi masyarakat," ucap Sudarto.
Menurut Pui Budi Setiawan, anak ketiga, sejak kecil ayahnya memang kerap mengajaknya ke proyek pembangunan Pulauintan. Dia sudah mengenal bisnis sejak dini. Lulusan teknik sipil Universitas Melbourne ini mulai membantu ayahnya sejak 2007.
Menurut Budi, ia mempelajari bahwa sangat penting untuk menjaga kepercayaan rekan bisnis dan pelanggan. Sebab, hal ini sangat berguna untuk keberlanjutan perusahaan. Dia bertekat membangun perusahaan agar lebih besar daripada sebelumnya.
"Saya ingin mematahkan anggapan, bisnis keluarga tidak bisa bertahan hingga generasi kedua dan seterusnya. Karenanya, saya juga akan mengenalkan bisnis ini kepada anak saya," ujar Budi.
Sumber: smart-money.co
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News