Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tjahya Widayanti mengatakan implementasi penerapan teknologi modern tersebut sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 9/2011 tentang Sistem Resi Gudang. Produk pangan yang disimpan menggunakan CAS) dipastikan sangat aman karena hanya mengondisikan kelembaban, oksigen, karbondioksida, dan etilen.
"Implementasi teknologi CAS dilakukan untuk menjaga komposisi kandungan udara dan kualitas produk bawang merah dalam waktu yang lama. Teknologi CAS mengurangi kandungan O2, CO2, N2, dan ethylene guna memperlambat penuaan komoditas yang disimpan di dalam gudang SRG," ujar Tjahya melalui keterangan tertulisnya, Jumat, 17 Januari 2020.
Menurut Tjahya, penggunaan teknologi CAS merupakan penerapan teknologi 4.0 berupa sistem kontrol dengan mengondisikan kandungan udara pada sistem gudang SRG. Kombinasi teknologi mesin pengawet tanpa bahan kimia berbahaya ini mampu menekan laju metabolisme produk hortikultura sehingga komoditas dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan susut bobot yang rendah.
Sayuran segar sangat mudah mengalami kerusakan atau bersifat perishable. Dalam kondisi normal di pasar tradisional, sayuran setelah dipetik di ladang umumnya hanya mampu bertahan selama satu hari kemudian layu dan membusuk.
Sayuran segar juga rata-rata hanya mampu bertahan paling lama dua hari di dalam lemari pendingin biasa. Kondisi inilah yang menyebabkan petani sayuran rentan mengalami kerugian manakala hasil panen yang berlimpah tidak habis terjual dalam satu hari.
"Implementasi CAS tersebut merupakan salah satu upaya Kemendag dalam berinovasi menerapkan teknologi 4.0 pada SRG untuk penyimpanan produk bawang merah," paparnya.
Selain menggunakan teknologi CAS, gudang SRG juga dilengkapi dengan berbagai kelengkapan lain di antaranya kantor pengelola gudang, ruang jaga, tempat parkir, toilet, tempat sandar dan bongkar muat, instalasi dan saluran air, instalasi listrik dan generator, kopel, serta gudang utama.
"Gudang SRG dipersiapkan untuk menampung bawang merah yang telah memenuhi standar atau kualitas yang telah ditetapkan dari para petani saat panen raya. Saat ini, gudang SRG sudah siap menampung bawang merah di wilayah Brebes dan sekitarnya," imbuh Tjahya.
Gudang SRG saat ini membutuhkan pengelola gudang yang profesional, kompeten dan handal. Pengelola gudang SRG ini memegang peranan penting dalam mendorong optimalisasi pemanfaatan SRG oleh para petani. Pemberian nilai tambah dan layanan jasa pengelola gudang akan menjadi daya tarik SRG, sehingga SRG tidak hanya sekadar tunda jual.
"Pengelola gudang diharapkan mampu mengelola dan mengatur gudang SRG dengan baik sehingga gudang SRG mampu menjadi stabilisator harga bawang merah di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya," tutur Tjahya.
Tjahya menambahkan, untuk keperluan pengujian mutu bawang, Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Tengah akan menjadi Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK) Uji Mutu SRG bawang. Jenis bawang merah akan terlebih dahulu diidentifikasi agar memenuhi standar kualitas untuk bisa mengisi gudang SRG di wilayah Brebes.
Adapun gudang SRG Brebes merupakan milik Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan, Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes. Gudang yang terletak di Jalan Raya Klampok, Ruko Pasar Bawang, Desa Klampok, Kecamatan Wanasari ini berkapasitas 60 ton yang terdiri dari lima kopel dengan masing-masing kapasitas sebanyak 12 ton.
"Gudang SRG diharapkan mampu mengamankan pasokan kebutuhan bawang merah sebelum panen raya atau menjadi gudang keperluan ekspor," pungkas Tjahya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News