Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pertumbuhan Ekonomi 2022 Diproyeksi Lebih Baik, Ini Syarat Utamanya

Eko Nordiansyah • 29 Desember 2021 18:10
Jakarta: Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai empat hingga lima persen di tahun depan. Dengan proyeksi tersebut, ekonomi dinilai akan mengalami perbaikan karena tahun ini diperkirakan hanya tumbuh antara 3,6-4 persen.
 
"Kita prediksikan sebetulnya potensi untuk tumbuh di 2022 lebih bagus dari 2021. Kalau di 2021 potensinya 3,6-4 persen, di 2022 ini lebih tinggi empat sampai lima persen. Lebih rendah dari target pemerintah tapi lebih tinggi dibandingkan 2021," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal dalam video conference, Rabu, 29 Desember 2021.
 
Faisal menjelaskan, ada banyak faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di 2022. Namun yang paling utama agar proyeksi tersebut bisa dicapai adalah pengendalian pandemi covid-19 oleh pemerintah agar tidak kembali terjadi gelombang penyebaran kasus yang tinggi seperti varian delta pertengahan tahun lalu.

"Paling utama syaratnya, dari sisi pengendalian pandemi lebih bagus, sehingga mobilitasnya tidak ada lagi yang menahan seperti yang terjadi di sepanjang 2021 terutama di pertengahan, waktu ada lonjakan kedua (covid-19), ini yang utamanya. Kedua, adalah tidak ada lonjakan di luar ekspektasi di luar Omicron," ungkapnya.
 
Ia memperkirakan, meski ada kekhawatiran mengenai lonjakan kasus akibat penyebaran Omicron, namun masih terlalu dini untuk melihat dampaknya terhadap perekonomian. Menurut Faisal, kasus Omicron saat ini sama seperti awal penyebaran varian delta lalu, sehingga dampaknya terhadap ekonomi baru masih sebatas ketidakpastian.
 
Selain itu, ia menyebut, ada beberapa faktor yang berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi agar lebih tinggi lagi tahun depan. Salah satunya adalah arah kebijakan fiskal yang diprediksi akan semakin ketat, karena pemerintah bakal menurunkan defisit anggaran dengan mengurangi belanja-belanja yang tidak perlu.
 
Di samping itu, kebijakan pajak karbon, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11 persen, Pajak Penghasilan (PPh) bagi orang kaya sebesar 35 persen juga bisa menahan laju perekonomian. Terlebih lagi, ia memperkirakan adanya kenaikan harga BBM, elpiji, tarif listrik, hingga kemungkinan iuran BPJS kesehatan.
 
"Ini akan menggerus daya beli yang ini akan menahan ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi lagi, karena konsumsi rumah tangga masih merupakan yang paling besar. Sejalan dengan itu, inflasi tahun depan juga akan naik cukup signifikan, apalagi kalau itu terjadi serempak sekian banyak komponen tadi yang meningkat," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan