"Pemulihan akan terus berlangsung namun dengan laju yang lebih moderat di level 3,5 persen dibandingkan dengan 4,5 persen yang diproyeksikan pada April lalu," kata Senior Country Economist ADB Henry Ma, dilansir dari Antara, Rabu, 22 September 2021.
ADB juga menurunkan prediksinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan dari sebelumnya lima persen (yoy) menjadi 4,8 persen (yoy). Henry menjelaskan beberapa aspek yang melatarbelakangi ADB dalam menurunkan proyeksinya adalah adanya realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 sebesar 7,07 persen yang lebih rendah dari perkiraan.
Menurutnya, pertumbuhan sebesar 7,07 persen pada kuartal II-2021 yang lebih rendah dari ekspektasi memberikan basis yang lebih rendah pada pertumbuhan tahun berikutnya. Aspek kedua adanya pembatasan mobilitas yang lebih ketat pada kuartal III-2021 sehingga menekan indikator ekonomi.
"Seperti penjualan ritel dan kendaraan bermotor, keyakinan konsumen, serta PMI Manufaktur," tukasnya.
Aspek ketiga adalah perlambatan di berbagai negara akibat varian covid-19 baru dan peningkatan kasus terutama di negara maju seperti Amerika Serikat, adanya tekanan finansial di ekonomi global, serta kontraksi di sektor layanan dan jasa.
Sementara untuk inflasi Indonesia tahun ini diperkirakan berada di level 1,7 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 2,4 persen sedangkan tahun depan berada di level 2,7 persen dari prediksi sebelumnya 2,8 persen.
Untuk Current Account Balance (CAB) tahun ini diperkirakan berada di level minus 0,5 persen dari perkiraan sebelumnya minus 0,8 persen, sedangkan tahun depan sebesar minus 0,9 persen dari perkirakan sebelumnya minus 1,3 persen.
"Pertumbuhan 3,5 persen pada 2021 maka riil PDB di 2021 akan 1,4 persen lebih besar dibandingkan dengan 2019. Untuk 2022 mungkin perlambatan ini berlanjut sehingga proyeksi pertumbuhan 2022 di level 4,8 persen," pungkas Henry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News