Kajian ini disampaikan oleh Permata Institute for Economic Research (PIER), bagian dari Permata Bank, dalam agenda Economic Review yang digelar pada Mei 2025.
“PIER memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 akan melambat, lebih rendah dari target sebelumnya. Ketidakpastian perang dagang yang meningkat telah mendorong perusahaan untuk menunda investasi dan rencana ekspansi. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah dapat merespons dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan stimulus tepat sasaran, agar konsumsi dan investasi domestik kembali bergerak,” ujar Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede dikutip Kamis, 15 Mei 2025.
Konsumsi dan investasi mulai pelan
Di kuartal pertama 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,87 persen (YoY), melambat dibanding kuartal sebelumnya (5,02 persen). Ini merupakan laju paling rendah sejak kuartal ketiga tahun 2021.Beberapa faktor utama penyebabnya:
1. Konsumsi rumah tangga lesu
Biasanya jadi motor utama ekonomi, konsumsi rumah tangga kini hanya tumbuh 4,89 persen. Belanja masyarakat tampak menurun terutama pada makanan & minuman serta transportasi dan komunikasi.
2. Investasi ikut melambat
Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga melambat ke 2,12 persen, dipicu oleh penurunan investasi pada bangunan, mesin, dan peralatan.
3. Belanja pemerintah turun
Setelah digenjot untuk Pemilu 2024, belanja pemerintah justru kontraksi sebesar 1,38 persen YoY.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,87% di Awal 2025, Ini 5 Dampaknya ke Hidup Kamu |
Sektor yang bersinar dan yang tertinggal
Meski ada perlambatan, tidak semua sektor mengalami penurunan. Beberapa justru tumbuh signifikan. Contohnya, sektor pertanian tumbuh paling tinggi yakni 10,52 persen YoY, sektor manufaktur tumbuh 4,55 persen, sektor perdagangan ritel naik 5,03 persen, dan sektor jasa tetap solid karena pariwisata berkelanjutan.Namun, ada juga sektor yang tertekan, seperti pertambangan kontraksi akibat pemeliharaan di tambang emas dan tembaga, konstruksi melambat karena realokasi anggaran.
Perang dagang tantangannya
PIER juga menyoroti perang dagang yang berlangsung antara negara-negara besar. Hal ini diperkirakan akan menurunkan minat investasi dan melemahkan permintaan ekspor Indonesia, terutama ke AS.Adapun sektor yang paling terdampak antara lain tekstil dan garmen, elektronik, alas kaki dan karet, dan furniture.
Sektor-sektor ini punya ketergantungan tinggi pada pasar ekspor, terutama AS, sehingga akan lebih rentan. Tapi kabar baiknya, sektor domestik seperti perdagangan dan jasa masih menjadi andalan pertumbuhan di 2025.
Peluang stimulus dari pelonggaran suku bunga
Di tengah perlambatan ini, ada satu harapan dari sisi kebijakan moneter. Jika kondisi global membaik, Bank Indonesia mungkin bisa memangkas suku bunga.“Meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan yang tampak lesu dapat membuka ruang bagi pelonggaran moneter. Jika ketidakpastian global mereda dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menguat, maka Bank Indonesia dapat memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) hingga 50 basis poin sepanjang sisa tahun ini,” jelas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id