Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. (FOTO: ANTARA/SIGID KURNIAWAN)
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. (FOTO: ANTARA/SIGID KURNIAWAN)

Lemahnya Penerimaan Bikin Defisit Keseimbangan Primer Memburuk

Suci Sedya Utami • 18 Agustus 2016 15:55
medcom.id, Jakarta: Semakin melebarnya defisit keseimbangan primer dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tak dapat dipungkiri.
 
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan memburuknya keseimbangan primer tercatat defisit terjadi sejak 2012.
 
Sebagai mantan Menteri Keuangan, Bambang menjelaskan hal tersebut disebabkan karena penerimaan negara yang kian tahun makin susah dicapai. Terlihat dari rasio pajak (tax ratio) terhadap produk domestik bruto (PDB) yang baru di angka 11 persen. Namun, di sisi lain belanja makin meningkat demi mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Keseimbangan primer memburuk karena memang kelemahan dari penerimaan. Tapi kita kan masih butuh belanja besar. Kenapa? Karena butuh mendorong pertumbuhan," kata Bambang, di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2016).
 
Menurut Bambang, jika ingin defisit keseimbangan primer hilang maka hanya dua kuncinya, yakni menaikkan penerimaan atau menurunkan belanja. Tapi jika belanja diturunkan, ditakutkan malah akan mengganggu pertumbuhan. Untuk itu jalan satu-satinya yakni meningkatkan penerimaan.
 
"Jadi memang harus ada upaya serius untuk meningkatkan penerimaan, karena tax ratio 11 persen benar-benar enggak acceptable untuk negara seperti Indonesia," jelas dia.
 
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan defisit keseimbangan primer menandakan adanya pinjaman atau utang yang digunakan untuk membayar bunga utang yang jatuh tempo pada tahun tersebut. Sehingga, ibarat gali lubang tutup lubang, utang pemerintah selama ini lebih banyak digunakan unuk membayar atau mencicil utang di masa lalu, bukan digunakan untuk kegiatan produktif.
 
"Indikator kita meminjam bukan untuk investasi, tapi untuk menyervis utang masa lalu," ujar Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
 
Pelaku usaha atau investor, bahkan pemerintah sebuah negara, diakui dia bukan hanya melihat postur APBN dari sisi defisit anggaran saja, tapi juga defisit pada keseimbangan primer. Harapannya defisit mendekati nol atau bahkan positif.
 
"Jadi jika kemampuan APBN justru menjadi predator karena tidak bisa mendanai belanja dari penerimaan, maka itu tanda-tanda kondisi APBN yang perlu diperbaiki," ujar Ani sapaan akrabnya.
 
Sebagai informasi, sejak 2012 hingga saat ini keseimbangan primer mulai mengalami defisit. Dari hasil audit LKPP defisit keseimbangan primer yang terjadi di 2012 sebesar Rp52,7 triliun, Rp98,6 triliun (2013), Rp93,2 triliun (2014), Rp142,4 triliun (2015). Sementara untuk tahun ini ditargetkan Rp105,5 triliun dan tahun depan Rp111,4 triliun.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan