"Dari delapan kota Indeks Harga konsumen (IHK) di Jatim, tujuh kota mengalami deflasi dan satu kota mengalami inflasi," ungkap Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, di Surabaya, seperti diberitakan Sabtu (3/9/2016).
Dia memaparkan, deflasi tertinggi terjadi di Kediri sebesar 0,57 persen, diikuti Madiun 0,52 persen, Sumenep 0,43 persen, Jember 0,30 persen, Probolinggo 0,20 persen, dan Banyuwangi 0,14 persen. "Deflasi terendah terjadi di Malang sebesar 0,03 persen. Sedangkan inflasi terjadi hanya di Surabaya sebesar 0,10 persen," paparnya.
Sementara itu, dari tujuh kelompok pengeluaran, dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing 1,11 persen dan 0,94 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,94 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,54 persen, kelompok kesehatan 0,42 persen, kelompok sandang 0,39 persen, dan inflasi terendah pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,11 persen.
Komoditas yang memberikan andil terbesar deflasi adalah turunya harga daging ayam ras, angkutan udara, wortel, angkutan antar kota, beras, gula pasir, kendaraan carter/rental, apel, tarif kendaraan travel, dan tempe.
Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah naiknya biaya sekolah dasar, tarif listrik, biaya sekolah menengah atas, biaya sekolah menengah pertama, cabai rawit, kentang, emas perhiasan, sewa rumah, upah pembantu rumah tangga, dan kontrak rumah.
"Dengan terjadinya deflasi ini, artinya kondisi ekonomi Jatim lebih baik dibandingkan Juli yang mengalami inflasi sebesar 0,76 persen," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News