Kepala BKPM Franky Sibarani dalam pertemuan makan malam bersama dengan Dubes RI untuk Selandia Baru Jose Tavares. (FOTO: dokumentasi BKPM)
Kepala BKPM Franky Sibarani dalam pertemuan makan malam bersama dengan Dubes RI untuk Selandia Baru Jose Tavares. (FOTO: dokumentasi BKPM)

Ceruk Kerja Sama RI-Selandia Baru Terbuka Lebar

Ade Hapsari Lestarini • 06 Mei 2016 16:17
medcom.id, Jakarta: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melihat ruang kerja sama investasi antara Indonesia dan Selandia Baru masih sangat terbuka lebar.
 
Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan hal tersebut dalam kegiatan Indonesia-New Zealand Investment Forum, yang diselenggarakan KBRI Wellington bekerja sama dengan BKPM di Auckland, hari ini. Franky menyampaikan bahwa Selandia Baru dan Indonesia merupakan dua tetangga dengan perekonomian yang saling melengkapi.
 
"Dairy product serta produk-produk berkualitas Selandia Baru seperti susu, keju dan minyak zaitun telah menjadi bagian dari keluarga Indonesia selama ini. Dari sisi Indonesia, komoditi ekspor ke Selandia Baru adalah kertas dan pulp, tekstil serta produk kimia," jelas Franky, dalam siaran persnya, Jumat (6/5/2016).

Menurut Franky, sejak 2010-2015, tercatat realisasi investasi dari Selandia Baru sebesar USD38,2 juta. Adapun dari jumlah tersebut, 77 persen terealisasi di industri makan.
 
"Kami juga mencatat komitmen investasi sebesar USD124,3 juta dalam periode enam tahun terakhir. Sektor-sektor yang mendominasi adalah industri makanan, industri kimia, infrastruktur dan pariwisata," tambah dia.
 
Perusahaan-perusahaan Selandia Baru seperti Fonterra dan ANZ sudah melakukan investasi  di Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengundang perusahaan-perusahaan global Selandia Baru untuk dapat menanamkan modalnya di Indonesia untuk menumbuhkan penciptaan lapangan kerja dan melakukan transfer teknologi dan pengetahuan.
 
Franky menyampaikan bahwa BKPM mengundang investor Selandia Baru untuk mengembangkan produktifitas mereka dan masuk ke sektor-sektor prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti industri makanan dan sektor pariwisata.
 
"Kami juga berharap mereka dapat masuk ke sektor energi khususnya geotermal, meningkatkan proudktivtas mereka di sektor pertanian dan peternakan sapi," kata dia.
 
Selandia Baru dikenal sebagai negara yang berhasil melakukan transformasi dari ekonomi yang berbasis sektor pertanian ke arah industrialisasi dengan daya saing skala global. Berbekal inovasi dan teknologi yang meningkatkan produktivitas, telah berdampak positif membuat perekonomian Selandia Baru menjadi ke arah yang lebih maju.
 
Realisasi Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
 
Franky pun mengadakan pertemuan dengan Menteri Pembangunan Ekonomi  Selandia Baru Steven Joyce di sela-sela pelaksanaan business forum. Franky secara khusus mendorong realisasi rencana Selandia Baru untuk berinvestasi dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik tenaga panas bumi.
 
"Pada 2014 yang lalu telah ditandatangani MoU kedua negara untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan nilai total investasi USD12,86 juta. Kami ingin mendorong rencana tersebut dapat segera terealisasi. Investasi ini mendukung rencana pembangunan listrik 35 GW," beber Franky.
 
Secara khusus, Franky menyebutkan potensi investasi geotermal dari Selandia Baru. "Selandia Baru sudah terlibat dalam pengembangan PLTP Kamojang pada 1970. Mereka memiliki potensi dan teknologi untuk mengembangkan PLTP di Indonesia," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan