Laporan ini menyajikan pembacaan komprehensif mengenai kondisi ekonomi makro global, perkembangan pasar keuangan, dinamika ekonomi nasional, serta proyeksi sektor industri sepanjang 2025 dan memasuki 2026 yang masih dibayangi ketidakpastian global.
Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan ekonomi Indonesia kembali menunjukkan ketahanan yang solid. Pada Triwulan III 2025, pertumbuhan tercatat 5,04%, sejalan dengan rerata historis satu dekade terakhir.
Menurut Josua, capaian tersebut tidak lepas dari kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang tetap berpihak pada pertumbuhan, meski kondisi global masih dibayangi perang dagang dan ketidakpastian arah suku bunga Federal Reserve.
Ia memperkirakan momentum ekonomi akan menguat secara bertahap pada 2026, namun penyeimbangan antara stimulus pertumbuhan dan stabilitas makro tetap menjadi tantangan utama.
Di tingkat global, 2025 ditandai dengan penurunan harga energi serta peningkatan harga komoditas pertanian yang didorong permintaan stabil.
Memasuki 2026, PIER memperkirakan ekonomi dunia cenderung melambat, terutama akibat perlambatan ekonomi Tiongkok di tengah memanasnya tensi perdagangan dengan Amerika Serikat.
The Fed diproyeksikan kembali memangkas suku bunga acuan turun menjadi 3,75% pada Desember 2025, dan kembali ditekan menjadi 3,50% pada 2026. Namun, pelemahan ini berpotensi menekan harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak, batu bara, dan nikel, sementara CPO diperkirakan menguat moderat.
Dari sisi pasar keuangan, PIER melihat 2026 sebagai awal dari fase yang lebih konstruktif. Pelemahan bertahap indeks Dolar AS dan penurunan imbal hasil US Treasury berpotensi membuka ruang bagi aliran modal kembali mengalir ke emerging markets. Imbal hasil SBN diperkirakan ikut turun seiring ekspektasi pelonggaran moneter oleh The Fed dan BI.
Rupiah pun diproyeksikan menguat bertahap, dengan estimasi di akhir 2026 berada pada kisaran Rp16.200–Rp16.400 per dolar AS, sedikit lebih kuat dari proyeksi penutupan 2025.
“Untuk ekonomi nasional, kami menempatkan proyeksi pertumbuhan 2025 pada rentang 5,0–5,1%, lalu meningkat ke 5,1–5,2% pada 2026,” kata Josua.
Inflasi naik moderat
Ia juga mencatat inflasi kemungkinan naik moderat mengikuti kebijakan pro-pertumbuhan pemerintah, namun tetap terjaga di bawah angka 3%. PIER memperkirakan inflasi berada di 2,0–2,5% pada akhir 2025 dan relatif stabil sepanjang 2026 memberi Bank Indonesia ruang untuk tetap akomodatif. Pada sisi eksternal, surplus perdagangan diprediksi masih berlanjut pada 2025 meski mulai menyempit.Kondisi transaksi berjalan diperkirakan tetap sehat, memberikan ruang yang lebih luas bagi BI untuk melanjutkan siklus pelonggaran kebijakan moneter hingga 2026. Prospek investasi asing juga dinilai tetap kuat, didukung fundamental ekonomi yang kokoh dan stabilitas politik yang semakin baik.
Cadangan devisa diperkirakan meningkat, sementara aliran modal portofolio berpotensi pulih secara bertahap seiring meredanya tekanan global.
Secara keseluruhan, laporan PIER menegaskan meski risiko global belum sepenuhnya mereda, pondasi domestik Indonesia tetap tangguh. Dengan kebijakan yang adaptif dan daya tahan ekonomi yang kuat, 2026 diproyeksikan menjadi tahun di mana pertumbuhan domestik makin terpacu, sementara tekanan global dapat lebih mudah dikelola.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News