KPR hijau menyelaraskan kebutuhan pembiayaan rumah dengan upaya menjaga lingkungan. Artinya, properti yang dibeli nasabah dengan KPR hijau merupakan aset yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan dari lembaga sertifikasi internasional.
Terkait belum populernya KPR hijau, jelas Sri Mulyani, beberapa bank pun telah mengambil langkah inisiatif untuk memprakarsai KPR hijau. Namun, tingkat pemahaman bagi konsumen dan developer masih rendah. Konsep KPR hijau masih kurang familiar bagi masyarakat Indonesia.
"Untuk menjembatani hal ini, langkah strategis seperti pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran mutlak diperlukan," tegas Sri Mulyani dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu, 23 Agustus 2023.
Indonesia, sebagaimana banyak negara ASEAN lainnya, mengalami pertumbuhan permintaan hunian yang cukup pesat. Hal tersebut menyebabkan kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaan hunian mencapai 12,7 juta.
Sri Mulyani menyebut, pemerintah telah menyediakan berbagai dukungan untuk pembiayaan hunian, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah.
"Antara lain melalui skema subsidi (SBUM, SSB), pembangunan rusun, dan subsidi kredit seperti KPR FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan)," papar dia.
Baca juga: 2030, Pemerintah Bakal Bangun 1 Juta Rumah Hijau |
Punya potensi besar
Dijelaskan Sri Mulyani, KPR hijau memiliki potensi besar sebagai opsi pembiayaan yang sejalan dengan isu lingkungan. Meski popularitasnya belum signifikan di Indonesia, ia yakin instrumen tersebut akan sangat menarik bagi generasi muda.
"KPR hijau punya potensi sangat besar di masa mendatang, khususnya bagi generasi muda yang mulai mencari hunian pertama mereka," papar dia.
Menurut Sri Mulyani, generasi milenial telah menjadi sumber pertumbuhan investasi Environmental Social Governance (ESG) yang berkontribusi hingga USD51,1 miliar dalam pembiayaan hijau pada 2020.
"Terlebih, sekitar 75 persen milenial sangat peduli lingkungan dan lebih menyukai produk-produk ramah lingkungan," ungkap dia.
Ia menyebut, KPR hijau bisa mendorong program pembelian hunian dan renovasi yang sesuai dengan prinsip efisiensi energi. Apalagi, sektor perumahan saat ini berkontribusi sebesar 17 persen dari emisi gas rumah kaca global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News