Hari Oeang ke-70 akan diadakan pada 30 Oktober. (FOTO: MI/Panca Syurkani)
Hari Oeang ke-70 akan diadakan pada 30 Oktober. (FOTO: MI/Panca Syurkani)

Hari Oeang ke-70

Merekam Sejarah dan Kedaulatan Rupiah di Indonesia

Angga Bratadharma • 22 Oktober 2016 10:19
medcom.id, Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meluncurkan logo baru menjelang peringatan ke-70 Hari Oeang yang jatuh pada 30 Oktober. Adapun peringatan tersebut harus menjadi momentum penting guna kembali mengingat masa-masa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
 
Indonesia telah melewati masa-masa sulit untuk mencapai kemerdekaan yang bisa dirasakan semua rakyat sekarang ini. Para pejuang terdahulu mengorbankan jiwa, harta, dan raganya untuk kemerdekaan bangsa. Pun kondisi itu juga terjadi ketika Indonesia berupaya menerbitkan uang sendiri karena sebelum awal kemerdekaan uang yang berlaku adalah uang NICA.
 
Pada 14 November 1945 di masa kabinet Sjahrir I, Menteri Keuangan dijabat oleh Sunarjo Kolopaking. Sunarjo mengikuti konferensi Ekonomi Februari 1946 yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan yang bulat, dalam rangka menanggulangi masalah produksi dan distribusi makanan, sandang serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.

Pada 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah yang dikuasai sekutu. Hal ini menyebabkan kabinet Sjahrir berupaya untuk menindaklanjuti pengumuman NICA tersebut untuk mengedarkan ORI. Hal ini untuk memperjuangkan kedaulatan Indonesia.
 
Namun peredaran Oeang Republik Indonesia (ORI) membutuhkan dana. Langkah awal kabinet Sjahrir adalah menggantikan Menteri Keuangan oleh Surachman Tjokroadisurjo. Lalu pada 2 Oktober 1946, Menteri keuangan digantikan oleh Sjafruddin Prawiranegara. Akhirnya, usaha penerbitan uang sendiri memperlihatkan hasil dengan diterbitkannya emisi pertama uang kertas ORI pada 30 Oktober 1946.
 
Pemerintah Indonesia menyatakan tanggal tersebut sebagai tanggal beredarnya ORI di mana uang Jepang, uang NICA, dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pun diterima dengan perasaan bangga oleh seluruh rakyat Indonesia. Mata uang yang dicetak itu ditandatangani oleh Alexander Andries Maramis (15 mata uang periode 1945-1947).
 
Saat itu, ORI menjadi salah satu alat pemersatu dan alat berdaulat bagi rakyat Indonesia. ORI menjadi instrumen untuk menghentikan langkah para penjajah di muka bumi pertiwi termasuk memperkokoh kedaulatan dalam bidang ekonomi. Hal ini juga untuk menanggulangi masalah produksi dan distribusi makanan, sandang serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
 
Melansir laman resmi Kemenkeu, Sabtu 22 Oktober, tema Hari Oeang ke-70 adalah "Kerja Nyata untuk Kemakmuran Rakyat melalui APBN yang Kredibel, Berkelanjutan dan Berkeadilan". Tema ini diluncurkan untuk mendorong semua insan di Indonesia guna kembali mengingat betapa pentingnya keberadaan rupiah dan perjalanannya sampai sekarang ini.
 
Adapun filosofi logo bentuk lingkaran mencerminkan sebuah simbol harapan untuk APBN yang berkelanjutan dan berkeadilan. Warna oranye dan kuning berbentuk lidah api, melambangkan kobaran untuk bekerja secara nyata. Warna biru simbol air yang melambangkan tranparansi dari APBN sehingga dapat dipercaya.
 
Merekam Sejarah dan Kedaulatan Rupiah di Indonesia
Logo Hari Oeang (Dokumentasi Kementerian Keuangan)
 
Untuk mengikat erat kembali rasa persatuan dan kesatuan jelang peringatan Hari Oeang maka Kemenkeu mengadakan sejumlah kegiatan. Instansi Vertikal Kemenkeu di Sulawesi Tenggara, misalnya, mengadakan pembukaan peringatan Hari Oeang ke-70 dengan diawali seremonial sederhana dan sejumlah cabang olahraga yang dilombakan.
 
Sedangkan seluruh kantor vertikal Kemenkeu di lingkup wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat menyelenggarakan berbagai kegiatan. Kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari empat segmen yaitu olahraga, sosial dan hiburan serta peringatan upacara.
 
Kendati Indonesia sudah merdeka sekarang ini dan rupiah jadi mata uang resmi yang berlaku, namun berbagai macam persoalan masih menghantui dan memberikan tekanan. Kondisi ini yang harus disadari bersama dan tidak hanya tugas pemerintah untuk kembali menegakkan kedaulatan melalui rupiah.
 
Persoalan itu mulai dari nilai tukar rupiah yang masih tertekan USD, masih banyaknya masyarakat yang tidak menggunakan rupiah dalam bertransaksi utamanya di daerah perbatasan, berkurangnya nilai rupiah yang tergerus oleh peningkatan inflasi, tidak disiplinya masyarakat dalam menyimpan uang sehingga bentuk fisiknya rusak, hingga maraknya uang palsu.
 
Baca: Masyarakat Diimbau Menghargai Mata Uang Rupiah
 
Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah, misalnya, mencatat ada sebanyak 12.197 lembar uang palsu beredar di Jawa Tengah sejak awal tahun hingga Mei 2016. "Total uang palsu ini yang sudah ditemukan dan dilaporkan di Bank Indonesia Kanwil Jateng," kata Kepala BI Kanwil Jawa Tengah Iskandar Simorangkir.
 
Sedangkan sepanjang Juni 2016, mata uang rupiah mengalami penguatan atau apresiasi terhadap beberapa mata uang negara lain, seperti USD, dolar Australia (AUD), dan euro. Rupiah mengalami penguatan sebanyak 2,95 persen atau 400,30 poin terhadap USD dengan rata-rata Rp13.179,33 per USD.
 
Menurut provinsi, level tertinggi kurs terjadi di Provinsi Aceh yang mencapai Rp12.912,50 per USD pada minggu kedua Juni 2016. Berdasarkan provinsi, level tertinggi kurs tengah terjadi di Provinsi Kalimantan Utara yang mencapai Rp9.120,00 per AUD pada minggu kelima Juni 2016.
 
Adapun langkah pemerintah yang patut diapresiasi terkait penguatan posisi mata uang rupiah terhadap bentuk kedaulatan dan tonggak sejarah adalah penetapan wajah baru dalam uang kertas maupun uang logam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mulai dari pahlawan revolusi hingga pahlawan nasional.
 


 
Penetapan para pahlawan baru ini berdasarkan Keppres No. 31 Tahun 2016 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional Sebagai Gambar Utama Pada Bagian Depan Rupiah Kertas dan Rupiah Logam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 
Baca: Mengenal 10 Pahlawan di Uang Rupiah Baru
 
Penelusuran Metrotvnews.com, ada 10 pahlawan baru dan dua pahlawan lama yang akan menghiasi uang rupiah ini. Berikut latar belakang 10 pahlawan baru seperti dikutip dari berbagai sumber:
 
1. Ir. H. Djuanda Kartawidjaja akan menggantikan gambar I Gusti Ngurah Rai pada uang kertas pecahan Rp50 ribu.
Djuanda Kartawidjaja merupakan pencetus Deklarasi Djuanda dan Menteri Keuangan ke 11 dengan masa jabatan pada 10 Juli 1959 sampai 6 Maret 1962.
 
2. Dr. G. S. S. J. Ratulangi akan menghiasi uang kertas pecahan Rp20 ribu menggantikan Otto Iskandar Dinata.
Lebih dikenal dengan nama beken Sam Ratulangi. Aktivis kemerdekaan Indonesia dari Sulawesi Utara ini juga sempat menjabat menjadi Gubernur Sulawesi pertama.
 
3. Gambar Frans Kaisiepo akan menggantikan Sultan Mahmud Badaruddin II yang biasa terdapat pada uang kertas pecahan Rp10 ribu.
Pria dari tanah Papua ini sempat terlibat dalam Konferensi Malino pada 1946. Pencetus nama Irian itu juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua.
 
4. Gambar Tuanku Imam Bondjol pada pecahan Rp5 ribu akan digantikan oleh Dr. K.H. Idham Chalid.
Pria yang lahir di Kalimantan Selatan tersebut merupakan salah satu politisi Indonesia yang berpengaruh pada masanya. Dia pernah menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda.
 
5. Pangeran Antasari yang menjadi ikon pada uang kertas pecahan Rp2 ribu akan digantikan oleh gambar Mohammad Hoesni Thamrin.
Politisi era Hindia Belanda yang dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia. Dirinya memulai geraknya sebagai seorang tokoh (lokal) Betawi.
 
6. Pahlawan Revolusi asal Aceh, yakni Tjut Meutiah akan menjadi ikon uang kertas pecahan Rp1.000 yang menggantikan gambar Kapitan Pattimura.
Cut Nyak Meutia, seorang pahlawan nasional Indonesia dari Aceh ini sempat melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya.
 
7. Gambar Mr. I Gusti Ketut Pudja akan menjadi ikon uang logam pecahan Rp1.000.
Pria ini menjadi salah satu tokoh yang melakukan perumusan negara Indonesia melalui panitia persiapan Kemerdekaan Indonesia mewakili Sunda Kecil (saat ini Bali dan Nusa Tenggara).
 
8. Letnan Jenderal TNI (Purn) Tahi Bonar Simatupang akan menjadi ikon uang logam pecahan Rp500.
Terkenal dengan nama TB Simatupang, pria ini merupakan tokoh militer dan gereja di Indonesia. Dia sempat menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP).
 
9. Salah satu anggota Tiga Serangkai, yaitu Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo akan menjadi ikon di uang logam pecahan Rp200.
Tokoh pergerakan Tiga Serangkai kemerdekaan Indonesia bersama dengan Ki Hajar Dewantara dan Ernest Douwes Dekker. Dirinya banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis dengan pemerintahan penjajahan Hindia Belanda.
 
10. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yakni Prof. Dr. Ir. Herman Johannes menjadi ikon uang logam pecahan Rp100.
Pria kelahiran Rote, NTT tersebut merupakan cendekiawan, politikus, ilmuwan Indonesia, hingga Menteri Pekerjaan Umum periode 1950-1951. Dirinya pernah melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan briket arang biomassa.
 
Baca: BI Segera Desain Uang Rupiah Baru
 
Sekadar diketahui, pertumbuhan likuiditas perekonomian, uang beredar dalam arti luas (M2) melambat pada Agustus 2016. Pertumbuhan M2 pada Agustus 2016 tercatat sebesar 7,7 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,2 persen (yoy).
 
Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari komponen M1 dan uang kuasi (simpanan berjangka dan tabungan, baik rupiah maupun valas, serta giro valas) yang masing-masing tumbuh 10,6 persen (yoy) dan 6,9 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,9 persen (yoy) dan 7,5 persen (yoy).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan