Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan saat pemulihan sedang berlangsung, beberapa negara mulai melakukan normalisasi kebijakan seperti penyesuaian kebijakan moneter melalui penarikan stimulus.
"Hal ini juga berpotensi menciptakan kondisi keuangan global yang lebih ketat dan dapat menyebabkan arus keluar modal dari negara berkembang," kata Perry dalam pembukaan 1st FMCBG Meeting, Kamis, 17 Februari 2022.
Dengan latar belakang tersebut, agenda exit strategy akan membahas tentang bagaimana G20 dapat menjaga momentum pemulihan global. Karena itu, dibutuhkan komunikasi dan kolaborasi dari rencana kebijakan yang akan dilakukan.
"Spillover negatif yang berasal dari exit policy yang tidak sinkron dan kecepatan normalisasi kebijakan yang berbeda, bisa diantisipasi melalui langkah-langkah exit strategy yang terkalibrasi, terencana, matang, dan dikomunikasikan," ungkapnya.
Adapun pandemi covid-19 telah menyebabkan gangguan ekonomi global yang mendalam, baik dari sisi penawaran maupun permintaan seperti pengangguran yang tinggi, investasi yang lemah, dan produktivitas yang rendah.
"Jika tidak ditangani dengan benar, pasti akan meninggalkan bekas luka yang bertahan lama. Bekas luka ini dapat menghambat pemulihan dan menghambat kemajuan menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan tangguh," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News