Ilustrasi. (FOTO: MI/Sumaryanto)
Ilustrasi. (FOTO: MI/Sumaryanto)

Meski Rentan Guncangan, Ekonomi Indonesia Stabil

14 Agustus 2018 10:08
Jakarta: Efek domino krisis keuangan di Turki menjalar dengan cepat ke sejumlah negara di Asia. Tidak terkecuali Indonesia.
 
Senin, 13 Agustus 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) digoyang maraknya sentimen negatif di pasar keuangan global sehingga melemah 3,55 persen atau 215,92 poin menjadi 5.861,24. Adapun kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 39,85 poin atau 4,14 persen menjadi 923,22.
 
"Berbagai faktor telah memicu jatuhnya IHSG, dari pengaruh domestik hingga eksternal," kata analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, Senin, 13 Agustus 2018.

Faktor global berupa melemahnya bursa saham eksternal yang membuat investor di dalam negeri memilih untuk menjual saham mereka.
 
Pelemahan mayoritas bursa saham dunia tersebut dipicu kekhawatiran investor terhadap krisis keuangan di Turki. Kondisi finansial Turki goyah seiring dengan pelemahan ekonomi global. Bank sentral Turki mengabaikan penaikan suku bunga. Memanasnya perselisihan AS dan Turki termasuk penahanan pendeta AS ikut memperburuk kondisi ekonomi Turki.
 
Dari dalam negeri, investor merespons negatif defisit transaksi berjalan triwulan kedua sebesar USD8,0 miliar (tiga persen dari PDB). Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan defisit triwulan sebelumnya sebesar USD5,7 miliar (2,2 persen dari PDB).
 
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank pun terdampak aksi menjual saham tersebut. Kemarin, rupiah melemah 124 poin menjadi Rp14.610 per USD dari sebelumnya di posisi Rp14.486 per USD.
 
"Investor membawa kembali uang ke negara mereka. Ini membuat rupiah dan indeks saham kita melemah," tambah Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee.
 
Akan tetapi, Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menilai potensi penguatan dolar AS semakin terbatas.
 
"Artinya, pelemahan rupiah juga kian terbatas. BI proaktif menjaga stabilitas rupiah dengan intervensi ganda di pasar valas ataupun obligasi, menaikkan suku bunga, dan membuka kembali lelang SBI untuk menarik dana asing. Stabilitas rupiah menjadi katalis yang dinantikan pelaku pasar," ungkap Ezra.
 
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro meyakini kondisi Indonesia lebih baik daripada Turki meski rupiah melemah hingga Rp14.600 per USD. "Yang penting kita menjaga stance, posisi kita, bahwa bank sentral itu independen. Kedua, inflasi terkendali 3-4 persen. Ketiga, stabilitas makro kita relatif terjaga." (Media Indonesia)
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan